kievskiy.org

16 Tahun Usai Tsunami Aceh, Masih Ada Potensi Bencana Besar di Sumatra karena Kondisi Uniknya

Warga menaburkan bunga seusai berdoa saat ziarah di kuburan masal tsunami Aceh di Desa Ulee Lheue, Banda Aceh, Sabtu 26 Desember 2020.
Warga menaburkan bunga seusai berdoa saat ziarah di kuburan masal tsunami Aceh di Desa Ulee Lheue, Banda Aceh, Sabtu 26 Desember 2020. /Antara/Ampelsa

PIKIRAN RAKYAT - Gempa bumi akrab dengan Indonesia. Tsunami Aceh 2004 adalah salah satu buktinya. Negeri kita terletak di kawasan pertemuan tiga lempeng bumi yaitu Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik.

Ketiga lempeng itu cukup aktif, setiap tumbukan akan melepaskan energi maha besar berupa guncangan hebat. Karena itu, kita melihat kerusakan begitu masif, dengan korban banyak.

Terjadi pada 26 Desember 2004, tsunami Aceh melahirkan duka tersendiri bagi Indonesia yang tak akan pernah terlupakan. Tsunami Aceh yang menelan korban hingga 225.000 jiwa itu terjadi akibat gempa bumi di Samudera Hindia.

Pusat gempa terjadi di kedalaman 10 kilometer di pantai Barat Aceh dengan kekuatan gempa 9,3 skala Richter. Guncangan dahsyat tersebut mengakibatkan adanya gelombang setinggi 9 meter yang meluluhlantakkan sebagian Pulau Sumtra.

Baca Juga: Nama Suaminya Terseret dalam Video Syur Mirip Gisel, Ini Kesaksian Istri Adhietya Mukti

Efek gempa bumi tersebut tidak dirasakan di Indonesia saja yang melahirkan tsunami Aceh. Sebagian negara tetangga ikut merasakan guncangannya yaitu Semenanjung Barat Malaysia, Thailand, India, Sri Lanka, dan beberapa Pantai Timur Afrika.

Terkait tsunami Aceh, Dr. Danny Hilman Natawidjaja, ahli gempa sekaligus peneliti di Puslit Geoteknologi LIPI menuangkan hasil pemikirannya di Pikiran Rakyat edisi 29 Desember 2005.

Meski terpaut 15 tahun, apa yang disampaikannya soal tsunami Aceh masih sangat relevan untuk direnungkan hari ini.

Berikut ini uraiannya tentang tsunami Aceh. Kepada pembaca yang budiman, bikak, lagi bestari, selamat membaca.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat