kievskiy.org

LIPI Ungkap Hasil Penelitian Terbaru Usai Bencana Dahsyat Aceh 2004, Eko Yulianto: Bisa Saja Terjadi

Ilustrasi gempa megathrust dan tsunami
Ilustrasi gempa megathrust dan tsunami /pixabay/Tumisu pixabay/Tumisu

PIKIRAN RAKYAT - 16 tahun sudah bencana alam gempa bumi dan tsunami terjadi di Serambi Mekkah, Aceh.

Pada 26 Desember 2004 lalu, masyarakat dunia dikejutkan dengan bencana gempa bumi dan tsunami besar di Samudera Hindia.

Gempa bumi dengan magnitudo 9,1 hingga 9,3 yang terjadi di Aceh pukul 08.58 WIB itu, dengan episentrum terletak di lepas pantai barat Sumatera telah merenggut lebih dari 150.000 nyawa di Indonesia.

Berdasarkan penelitian di sepanjang pesisir Samudera Hindia pascagempa Aceh 16 tahun lalu itu, sangat mungkin tsunami lebih kecil kembali terjadi.

Baca Juga: Longsor di Tanjakan Curug Cimahi, Polisi Ungkap Adanya Pengalihan Arus Lalu Lintas

Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Eko Yulianto, dalam webinar "Refleksi 16 Tahun Tsunami Aceh: Edukasi Dini Mitigasi Risiko Tsunami di Indonesia" yang diadakan Dongeng Geologi secara daring.

“Pada penelitian di kawasan Samudera Hindia untuk mengetahui apakah akan ada lagi setelah tsunami Aceh 2004, sebelumnya kita sudah ke Yaman, Oman, Sri Lanka, Thailand, lalu Indonesia. Di Thailand di kedalaman satu meter, rupanya tanah tersusun dari beberapa lapis endapan dan yang teratas merupakan sisa endapan tsunami 2004,” kata Eko, Sabtu, 26 Desember 2020, seperti dilaporkan Antara.

Eko mengatakan bahwa untuk kasus di Aceh, dari hasil penggalian di dua lokasi, pertama di Teluk Pucung memperlihatkan lapisan-lapisan tanah berwarna putih dan hitam kecoklatan berselang-seling, terlihat memang di bagian atas terdapat lapisan berwarna putih yang merupakan endapan dari tsunami 2004 lalu.

Baca Juga: Menangis Tiap Hari, Tiara Andini Curhat Hal Ini ke Aurel Hermansyah

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat