kievskiy.org

Kecanduan Fotokopi KTP, Efek Tata Kelola Primitif Data Pribadi

Ilustrasi kartu identitas.
Ilustrasi kartu identitas. /Nickelodeon

PIKIRAN RAKYAT – Undanngan vaksinasi Covid-19 membuat Tari (29) bisa bernapas lega. Kesempatan yang dia tunggu akhirnya tiba. Namun, sebagai warga Bandung yang lagi merantau ke kota lain, Tari ragu-ragu karena syarat mendapat vaksin Covid-19 harus membawa KTP.

Tari sebal ketika harus berurusan dengan data pribadi. Soalnya, selama ini, tidak ada yang bisa menjamin kalau data kita akan aman.

”Sejujurnya harus memvalidasi KTP plus membawa fotokopinya membuat sebal. Masak data kita sebagai masyarakat tidak valid? Apalagi harus membawa fotokopi KTP yang ujungnya bisa menjadi sampah dan bisa dimanfaatkan sama pihak yang tidak bertanggung jawab,” kata Tari, Selasa 27 Juli 2021.

Tari ingin, pendataan vaksin dan urusan birokrasi lain bisa dilakukan dengan cara mendata seperti saat hendak pemilu.

Baca Juga: Cara Ambil Bansos di Kantor Pos, Ingat Bawa Surat Pemberitahuan dan KTP

Dengan adanya KTP elektronik, seharusnya data warga negara sudah tersimpan secara digital dan bisa diakses oleh pihak berwenang.

”Kalau bisa dibuat seefektif dan seefisien mungkin, sepertinya target vaksinasi bakal cepat terpenuhi. Soalnya, orang hanya tinggal datang untuk vaksin tanpa harus repot mendaftar dan membawa fotokopi KTP atau surat domisili,” kata Tari.

Hal senada diungkapkan Ian (37) yang merasa membawa fotokopi KTP untuk urusan birokrasi adalah hal yang sia-sia. Menurut dia, seharusnya cukup registrasi dengan NIK. Ian khawatir kalau fotokopi KTP-nya tercecer kemudian disalahgunakan pihak yang tidak bertanggung jawab.

”Cara paling efektif sejauh ini registrasi online dengan memakai fitur, seperti Googledocs. Selain itu, enggak perlu mencantumkan foto KTP untuk menjaga keamanan data masyarakat,” ujar Ian.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat