PIKIRAN RAKYAT - Tak mungkin ada asap jika tak ada api. Peribahasa itu seakan menjadi gambaran para seniman melakukan kritikan pada pemerintah.
Mereka melakukan kritik dengan tinta dan kreativitasnya serta menjadikan tembok jalanan sebagai media perlawanan.
Ramai di kota-kota besar memamerkan kritik melalui mural, kini giliran Maumere bergerak menyuarakan hal sama, yakni kebebasan berpendapat.
Diduga, perlawanan dipicu lantaran tindakan pemerintah melakukan pembungkaman dengan menghapus mural bernada kritik.
Baca Juga: Kenang Masa Lalu Kerja Jaga Konter, Atta Halilintar Beberkan Perlakuan Tak Manusiawi dari Pembeli
Hal itulah diduga justru menjadi pemicu pegiat street art melawan dengan membuat karya nyata di tembok-tembok jalanan.
Di Ibu Kota Kabupaten Sikka, kini muncul beragam mural dan tulisan bernada sindiran.
Pada beberapa sosial media terpantau bermunculan mural bernada sindiran pada pemerintah.
Baca Juga: 30 Merek Mi Instan Terbaik Versi LA Times, Cita Rasa dan Iklan Bikin Indomie Jadi Nomor Wahid
Pada Jumat, 27 Agustus 2021 malam, mural bernada sindiran terpampang jelas tembok Gelanggang Olahraga (Gelora) Samador.