kievskiy.org

Aburizal Harus Belajar dari Pengalaman Antisipasi Munaslub Tandingan

JAKARTA, (PRLM).- Pengamat Politik dari Universitas Indonesia, Muhammad Budyatna menyarankan Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie (ARB) untuk tidak menggelar Munaslub Partai Golkar dalam waktu dekat.Jika Munaslub diselenggarakan, dikhawatir akan muncul kegaduhan baru dan kasus hukum baru dengan masalah yang sama. Aburizal disarankan untuk lebih mendahulukan konsolidasi internal pasca putusan kasasi Mahkamah Agung yang memenangkan kubu ARB. “Saya pikir sangat berisiko pasca keluarnya putusan kasasi Mahkamah Agung, kalau Aburizal menggelar Munaslub dalam waktu dekat. Jika Munaslub dipaksakan maka bukan tidak mungkin masalah perpecahan Partai Golkar tidak akan selesai dan muncul kasus hukum baru dengan masalah yang sama. Jadi lebih baik Aburizal memantabkan konsolidasi internal,” ujar Budyatna di Jakarta, Minggu (6/3/2016). Dia pun Aburizal akan munculnya kepengerusan ganda di Partai Golkar setelah Munas Bali diselenggarakan dimana kubu Agung Laksono menggelar Munas Jakarta. Hal ini menurutnya bisa kembali terulang jika Agung Laksono merasa tidak puas dengan penyelenggaraan Munaslub dan kemudian membuat Munaslub tandingan lagi. “Masalah itu kan munculnya karena kubu Agung Laksono tidak puas dengan penyelenggaraan Munas Bali.Siapa yang bisa menjamin kalau Agung Laksono akan puas dengan penyelenggaraan Munaslub nanti?Kalau dia tidak puas lagi kan dia bisa menggelar lagi Munaslub tandingan. Masalah pun akan balik lagi, akan muncul ketua umum baru dari hasil dua Munaslub yang berbeda,” imbuhnya. Menkumham Yasona Laoli menurutnya juga kembali bisa membuat masalah yang sama dengan mengakui Munaslub kubu Agung Laksono.Yasona tegasnya memiliki kepentingan agar Partai Golkar tidak fokus untuk menjadi oposisi dan meraih kemenangan dalam pemilu mendatang. ”Golkar akan kembali terpersok di lubang yang sama.Masak partai tua bisa terperosok dua kali di lubang yang sama?.Bagaimanapun Yasona adalah kader PDIP.PDIP punya kepentingan untuk terus membuat Partai Golkar repot dengan masalah perpecahan dan tidak fokus menjalankan fungsi oposisinya.Kalau Golkar kuat, kecil kemungkinan PDIP yang telah mengusung pemerintahan Jokowi-JK yang dianggap rakyat telah gagal ini bisa kembali berjaya pada pemilu mendatang,” tegasnya. PDIP menurutnya bisa berjaya pada pemilu lalu karena konsisten menjadi oposisi dan berhasil mengusung Jokowi.”Jadi PDIP itu berhasil mencuri kemenangan dari partai penguasa, Partai Demokrat, karena Partai Demokrat punya banyak masalah. Nah Golkar itu bisa lebih baik sebenarnya memerankan posisi oposisinya kalau tidak diobok-obok dan jika Golkar kuat dan kompak, maka posisi PDIP akan babak belur.Makanya PDIP punya kepentingan besar menjaga agar Golkar tiddak kuat,” ujar Mantan Dekan FISIP UI ini lagi. Oleh karena itu daripada kejadian munculnya dua munas dan munculnya dua kepemimpinan itu terulang kembali, maka lebih baik, Aburizal mengkonsolidasikan Partai Golkar dan baru menyelenggarakan Munaslub nanti setelah kader partai berlambang beringin itu tidak lagi membawa kepentingan diluar kepentingan Partai Golkar. “Aburizal juga harus bisa memberi pemahaman kepada kader Golkar yang berada dibelakangnya yang kini punya keinginan kuat untuk menjadi ketua umum untuk bersabar sampai konsolidasi internal benar-benar bisa solid dan ketua umum yang terpilih untuk menggantikannya adalah ketua umum yang benar-benar menginginkan Partai Golkar kembali berjaya,” tegasnya. Kader Partai Golkar dan seluruh elitnya harus menyadari bahwa permasalahan di Partai Golkar muncul karena Agung Laksono merekayasa Munas Jakarta. Jadi meski tidak didukung oleh pengurus Partai Golkar yang sah di daerah, Agung berhasil menyelenggarakan Munas Jakarta yang membuat Partai Golkar pecah. "Jadi kalau dipaksakan juga diadakan Munaslub, posisi Aburizal dan Agung sudah tidak sejajar karena dengan keluarnya putusan Mahkamah Agung.Munas itu baru bisa dilaksanakan kalau kedua pihak punya kedudukan yang sama.Kalau sekarang kan posisi Aburizal menang dan Agung Laksono kalah,jadi mana mungkin bisa terselenggara Munaslub yang dianggap adil?Agung tentunya juga saat ini posisinya sudah dipermalukan dan dianggap pencundang. Dia harusnya malu karena kalah.Kekalahan Agung juga menunjukkan posisinya dia yang salah,jadi untuk apa mengakomodir pihak yang salah,” tandasnya. (Sjafri Ali/A-147)***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat