kievskiy.org

Gerak TNI Hadapi Abu Sayyaf Terhambat Izin Filipina

JAKARTA, (PR).- Panglima TNI Gatot Nurmantyo ingin segera masuk ke wilayah Filipina untuk melakukan apa pun demi pembebasan warga negara Indonesia (WNI) yang disandera kelompok bersenjata Abu Sayyaf. Total WNI yang disandera kini menjadi 10 orang, 3 WNI terakhir disandera dari kapal milik Malaysia. Gatot sesal karena kelompok ini memilih sandera yang memiliki paspor Indonesia dan melepas warga negara lain dalam kapal Malaysia yang disandera. Setelah disandera, WNI itu dibawa ke Filipina. Gatot menegaskan, hambatan gerak TNI saat ini, hanya perizinan saja. "Suasana yg sangat saya sesalkan adalah mereka memilih, di dalam kapal nelayan itu ada tujuh. Mereka dicek semuanya, yang punya paspor Indonesia ini yang diculik. Ini saya sesalkan, ada apa sebenarnya Abu Sayyaf dengan Indonesia? Maka saya sampaikan apa pun akan saya lakukan untuk pembebasan. Apa pun dengan cara apa pun juga. Sampai masuk ke sana pun akan saya lakukan apabila sudah ada izin dari Filipina. Karena ini sudah sangat keterlaluan," kata Gatot di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin, 11 Juli 2016. Sampai saat ini, belum ada izin dari pihak Filipina untuk mengizinkan sejumlah TNI masuk ke perairan Filipina. Hal yang dapat dilakukan TNI saat ini, melakukan operasi intelijen. Tujuan operasi intelijen ini, kata Gatot untuk mempersiapkan segala kemungkinan. Setelah ada izin, TNI ingin masuk dan melakukan apa pun. Jika tidak kunjung mendapat izin dari Filipina, Gatot mengatakan Pemerintah Indonesia bisa saja membiarkan Filipina mati lampu. Soalnya 96 persen batu bara yang dikonsumsi Filipina berasal dari Indonesia. Namun, Gatot menekankan Indonesia tidak bisa mengultimatum Filipina. "Yang penting kita morotarium, tidak ada pengiriman batu bara. Nah, sekarang bagaimana kita dan publik mengontrol. Jangan sampai ada yang lolos ke sana, supaya mereka beri izin. Kan gitu. mereka kan perlu juga. Filipina enak, kita juga enak, akhirnya sama-sama kan," kata Gatot. Sayangnya, sampai saat ini belum ada kesepakatan. Kalau sudah ada izin, Gatot ingin segera mengirim prajurit. "Prajurit saya dengan senang hati, empat orang kek, lima orang kek. Kita tunggu saja, berani nggak Abu Sayyaf mengambil," katanya. Melihat WNI yang dijadikan target Abu Sayyaf, Gatot menilai bisa saja ada kaitannya dengan uang. Namun, dia memastikan Indonesia tidak mau jadi bangsa sapi perah. Mengingat kejadian penyanderaan di wilayah Malaysia, Gatot meyakini laut Malaysia dan Filipina sama-sama tidak aman. "Kalau menurut saya sih nggak ada negosiasi. Kalau kita membayar terus, kan yang diminta uang, ya tinggal menunggu saja, mungkin kapan-kapan mereka datang ke sini untuk menculik. Itu sama saja kita negara sapi perah. Mau nggak kamu dibilang negara sapi, diperah lagi," kata Gatot. Meski begitu, Gatot mengatakan dalam pembebasan WNI yang disandera sebelumnya, tidak ada pembayaran uang tebusan. Namun, dia tidak tahu ada atau tidak uang tebusan dari pihak swasta. "Presiden sejak awal menyatakan tidak ada negosiasi masalah uang. Saya sebagai panglima TNI harus pedomani itu," kata Gatot. Mengingat WNI yang disandera sebenarnya karyawan pihak Malaysia, Gatot menilai Malaysia harus berperan. "Harusnya Malaysialah yang bebaskan, kapalnya dia kok. WNI yang disandera itu karyawan," katanya.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat