kievskiy.org

Jago Kaligrafi Mandarin, Santri dari Lembang Rebut Perhatian Marga Lie

SANTRI asal Bandung berhasil merebut perhatian limaratus orang lebih Marga Lie yang mengadakan pertemuan Marga Lie se Indonesia di Batam. Santri tersebut adalah Lina Indrian, Novi Nilawati, Adi Ahmad, dan Takwin Mulyana.

Mereka berasal dari Pesantren Darul Inayah Cisarua Lembang, Kabupaten Bandung Barat yang berhasil merebut perhatian karena piawai membuat "shufa" (kaligrafi Mandarin), bisa berbahasa, brrpidato, dan menyanyi bahasa mandarin, bisa memainkan catur qiangxie, serta melakukan berbagai gerakan Tai Chi.

Pelukis Kaligrafi Shufa Tjutju Widjaja mengatakan, Minggu 22 Juli 2018, santri-santri ini merupakan binaan Marga Lie Jawa Barat. Mereka adalah santri-santri Pesantren Darul Inayah yang berlatih kaligrafi setiap minggu di bawah asuhan Tjutju Widjaya sedangkan berlatih catur Tionghoa Qiangxie Master Qiangxie Arom Tjoa Koktjen. "Hasil latihan itulah mereka akhirnya bisa ekspos ini di hadapan demikian banyak tamu," ujar Tjutju Widjaja.

Santri-santri tersebut adalah Lina Indrian, Novi Nilawati, Adi Ahmad, dan Takwin Mulyana. Selain itu ada juga pelajar SMA BPK Meta Dewi Salim yang ikut menjadi perhatian para tetamu. Para santri ini ekspos kemampuannya membuat kaligrafi sehingga permintaan untuk dibuatkan kaligrafi pun berdatangan.

"Enggak tahu ya berapa kaligrafi yang saya buat, pokoknya banyak karena banyak yang minta," ujar Lina seraya memperlihatkan beberapa karyanya.

Piawai menyanyi Mandarin

Selain melukis, saat mereka didaulat menyanyi dia atas panggung pun sambutan tetamu sangat antusias. Bahkan mereka juga sangat fasih berbahasa manadarin ketika pembawa acara sengaja mengajak mereka bicara dalam bahasa Mandarin. "Luar biasa, kemampuan mereka sangat memanggakan, "ujarnya.

Ketua Paguyuban Marga Lie Jawa Barat Herman Widjaja mengatakan, kerjasama Marga Lie dengan pesantren Darul Inayah, Cisarua Lembang, sudah terjalin sejak lama. Para santri mendapatkan eksatra kulikuler di sekolahnya untuk mateti pelajaran bahasa mandarin, kaligrafi Tiongkok, catur gajah (qiangxie), dan paduan suara. Beberapa di antaranya sudah berhasil mendapat beasiswa kuliah di Tiongkok.

Dalam acara ini, lanjut Herman, sengaja mereka diajak untuk diperlihakan kepada Marga Lie dari seluruh dunia bahwa bahasa dan kebudayaan Tionghoa dapat dipelajari oleh siapa saja. Sekaligus membuktikan bahwa Marga Lie di mana pun dapat memelihara persaudaraan.

Pertemuan Marga Lie diikuti 23 perwakilan perkumpulan Marga Lie se Indonesia. Hadir juga pengurus perkumpulan Marga Lie dari Singapore dan Negeri Sembilan Malaysia. Dalam pertemuan ini Suban Hartono dikukuhkan sebagai Ketua Persatuan Marga Lie seluruh Indonesia.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat