kievskiy.org

Tahun Baru Islam 1440 Hijriah Diharapkan Membawa Kedamaian

RATUSAN anak-anak mengikuti pawai obor di kampung Cibiru Hilir, Desa Cibiru Hilir, Cileunyi, Kabupaten Bandung, Senin, 10 September 2018. Pawai obor tersebut salah satu rangkaian acara menyambut Tahun Baru Islam 2018, 1 Muharam 1440 Hijriyah.*
RATUSAN anak-anak mengikuti pawai obor di kampung Cibiru Hilir, Desa Cibiru Hilir, Cileunyi, Kabupaten Bandung, Senin, 10 September 2018. Pawai obor tersebut salah satu rangkaian acara menyambut Tahun Baru Islam 2018, 1 Muharam 1440 Hijriyah.*

JAKARTA, (PR).- Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyerukan kepada kaum Muslimin agar menyambut Tahun Baru Islam 1440 Hijriah dengan penuh keimanan, ketakwaan dan keikhlasan serta senantiasa mengharap ridho Allah Swt dalam suasana hati yang sejuk, tenang dan damai.

"Kami berharap semoga di tahun 1440 Hijriah ini kita semua dapat meningkatkan amal kebajikan agar dapat memberikan kemanfaatan sebesar-besarnya bagi umat manusia, bangsa dan negara," kata Wakil Ketua Umum MUI Zainut Tauhid Sa'adi dalam siaran pers, di Jakarta, Selasa, 11 September 2018, seperti dilansir Kantor Berita Antara.

Pihaknya menyeru kepada kaum muslimin untuk mengembangkan sikap toleransi, menjaga keseimbangan dan bersikap adil dalam menjalankan ajaran agama agar tidak terjebak pada pertentangan dan perselisihan sempit demi mewujudkan persaudaraan Islam dan persatuan umat.

MUI pun mengajak kepada seluruh komponen bangsa untuk mengembangkan wawasan kebhinnekaan sejati, menciptakan kehidupan berbangsa dan bernegara yang rukun, harmonis, saling menghormati, mencintai dan menolong dalam semangat persaudaraan kebangsaan.

Terlebih di tahun politik saat ini, Zainut meminta semua pihak khususnya elit politik agar bisa menahan diri dalam mengekspresikan sikap politiknya termasuk dalam menyampaikan pendapat agar tidak membuat suasana semakin panas dan penuh dengan kecurigaan.

Menurut dia, perbedaan pilihan politik tidak harus diwarnai dengan saling menjelekkan, memfitnah, menyebarkan hoaks dan ujaran kebencian.

"Karena hal tersebut selain tidak memberikan pendidikan politik yang baik kepada masyarakat, juga dapat menimbulkan gesekan dan retaknya bangunan kebangsaan kita. Jadikanlah perbedaan aspirasi politik sebagai rahmat untuk saling menghormati dan memuliakan agar ukhuwah islamiyah dan ukhuwah wathaniyah tetap terpelihara," katanya.

Ia pun menyoroti tentang tujuan dibentuknya NKRI yakni untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat