kievskiy.org

Menyongsong Bonus Demografi, Kemenkominfo Sosialisasikan Cegah Stunting Sedari Dini

Forum Kepoin GenBest bertajuk, “Stunting Terhalau, Remaja Bebas Galau” yang diselenggarakan secara luring dan daring kepada remaja di Kabupaten Bangli, Bali, Kamis 18 November 2021.
Forum Kepoin GenBest bertajuk, “Stunting Terhalau, Remaja Bebas Galau” yang diselenggarakan secara luring dan daring kepada remaja di Kabupaten Bangli, Bali, Kamis 18 November 2021. /Dok. Kominfo

PIKIRAN RAKYAT – Sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo, Indonesia harus dapat menurunkan angka prevalensi stunting di bawah 14 persen. Hal ini guna menyongsong bonus demografi di tahun 2030 mendatang. Bonus demografi ini memiliki arti bahwa di tahun 2030 angkatan usia produktif akan mendominasi jumlah penduduk saat itu. Oleh karenanya, pencegahan stunting sangat dibutuhkan untuk dapat membangun generasi yang cerdas, berkarakter, serta memiliki daya saing di kancah dunia. 

“Bapak Presiden sudah menargetkan di tahun 2024, angka prevalensi stunting harus 14 persen ke bawah. Artinya jauh di bawah apa yang ditetapkan oleh Badan Kesehatan Dunia WHO yaitu 20 persen,” ujar Direktur Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Wiryanta pada Forum Kepoin GenBest bertajuk, “Stunting Terhalau, Remaja Bebas Galau” yang diselenggarakan secara luring dan daring kepada remaja di Kabupaten Bangli, Bali, Kamis 18 November 2021. Hadir dalam acara tersebut Tim Komunikasi Informasi Edukasi Stunting Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) I Made Yudhistira Dwipayama, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli dr. I Nengah Nadi, Kepala Dinas Komunikasi, Informatika, dan Persandian Kabupaten Bangli I Wayan Dirgayusa, serta dokter Clarin Hayes.  

I Nengah Nadi menyatakan menyambut baik kegiatan sosialisasi yang dilaksanakan untuk penurunan prevalensi stunting. “Forum Sosialisasi Hybrid Genbest dalam rangka penurunan prevalensi stunting merupakan salah satu wujud dukungan kepada pemerintah dan masyarakat Bangli dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan krama Bangli secara optimal. Sehingga produktivitas masyarakat meningkat dan beban pelayanan kesehatan pun dapat ditekan,” ujarnya. 

Baca Juga: Bergerak Cepat, Mensos Risma Tinjau Langsung Lokasi Banjir di Sibolangit Sumatera Utara

Di lain pihak, Made mengatakan sangat penting bagi remaja untuk memahami stunting. “Remaja ini akan menjadi calon-calon yang akan berkeluarga, oleh karena itu sejak awal, perlu bagi remaja-remaja ini memahami apa bahaya stunting,” katanya. Made menjelaskan, stunting adalah gagal tumbuh karena proses kekurangan gizi yang sangat lama, terutama di 1000 HPK. Oleh karena itu, menurutnya, apabila hal ini tidak diketahui oleh remaja saat ini, maka akan sangat berbahaya bagi anak-anak yang akan dilahirkan nantinya. 

Menanggapi pernyataan Made, Clarin mengatakan, stunting tidak bisa disembuhkan, namun bisa dicegah. “Pencegahan ini penting di edukasi kepada remaja. Kalau gizi pada remaja itu kurang otomatis nutrisi dan kesehatannya juga akan berpengaruh ketika dia nanti berkeluarga kemudian hamil dan melahirkan,” katanya. 

Clarin menuturkan, pencegahan stunting bisa dilakukan oleh remaja mulai dari hal-hal kecil sejak dini seperti mengkonsumsi makanan yang bergizi sesuai dengan anjuran “Isi Piringku” yang sering dikampanyekan oleh pemerintah. “Sebaiknya perbanyak aktivitas fisik seperti olahraga. Kemudian pilih jenis makanannya, kurangi junk food. Isi Piringku itu bisa jadi acuan kita, komposisi makanan yang baik untuk kebutuhan kita sebagai remaja dan dewasa,” tutur Clarin. 

Selain pola gizi seimbang, remaja putri juga perlu menyadari tentang anemia. Clarin menjelaskan, bagi remaja anemia sangat berpengaruh pada pertumbuhan otak serta kognitif. Sementara dalam konteks stunting, anemia bagi ibu hamil bisa menyebabkan kurangnya nutrisi yang disalurkan kepada bayi. Hal ini pun dapat mengganggu pertumbuhan bayi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan. 

Made mengatakan selain mengkonsumsi makanan bergizi, melakukan pemeriksaan medis juga sangat penting agar terhindar dari penyakit, seperti anemia. “Remaja putri itu setiap bulan pasti mengeluarkan 200cc darah karena menstruasi. Ditambah lagi ada pola diet. Bayangkan setiap bulan mengeluarkan darah karena mens 200cc, ditambah lagi pola gizi yang kurang sehat, misal anemia. Secara fisik mungkin tidak terlihat, artinya itu perlu dicek,” katanya. Ia menambahkan, saat ini tablet tambah darah sudah bisa didapat secara gratis di Puskesmas guna menghindari resiko anemia. 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat