kievskiy.org

Sengkarut Maskapai Garuda Indonesia jadi Dilema Besar, PKS: Kecil Peluang untuk Bangkit

Pesawat Garuda Indonesia.
Pesawat Garuda Indonesia. /Antara Foto/Ampelsa Antara Foto/Ampelsa

PIKIRAN RAKYAT - Kepala Departemen Ekonomi dan Pembangunan DPP Partai Keadilan Sejahtera, Farouk Abdullah Alwyni mengatakan bahwa maskapai penerbangan Garuda Indonesia, kecil kemungkinan untuk bisa bangkit.

Kemungkinan kecil tersebut menurutnya bisa dilihat dari systemic corruption dan incompetent management yang sudah mengakar sejak lama.

"Satu contoh adalah pernyataan dari Kementerian BUMN sendiri bahwa biaya sewa pesawat dibandingkan pendapatannya adalah 4 kali lebih besar dari rata-rata global," katanya, sebagaimana dikutip Pikiran-Rakyat.com dari situs resmi PKS pada Selasa, 23 November 2021.

"Menurut pengakuan salahs satu eks komisarinya Garuda juga harus membayar kredit yang tinggi terhadap para lessor-nya," sambungnya.

Baca Juga: Dody Soedrajat Sebut Tak Ada Privasi di Rumah Vanessa Angel dan Bibi Ardiansyah: Adik-adiknya di Sana Semua

Menurut Farouk, imbas pandemi Covid-19 pada esensinya hanya mengekspose persoalan yang memang sudah terakumulasi dalam waktu yang ada dan menerjunkan Garuda ke titik terendah.

Dalam catatan Farouk Alwyni, di tahun 2020, pendapatan bulanan Garuda merosot 70 persen selama corona mewabah. Dimana pada saat tersebut Garuda sudah tidak bisa lagi memenuhi kebutuhan operasionalnya yang setiap bulannya bisa mencapai US$ 150 juta, sedangkan pendapatan Garuda bahkan pernah hanya mencapai US$ 27 juta.

"Secara teknis Garuda sudah bangkrut sebagaimana diakui sendiri oleh pemerintah. Langit tak lagi membawa untung bagi mereka. Ini dapat dilihat dari utangnya yang berjumlah US$ 9,75 miliar (atau sekitar Rp140 triliun), melebihi jumlah asetnya yang sebesar US$ 6,92 miliar," tutur Farouk.

Hal ini menyebabkan ekuitas atau modal Garuda, lanjut Farouk Alwyni, menjadi minus US$ 2,8 miliar atau sekitar Rp. 39,7 triliun.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat