kievskiy.org

Mayoritas Sungai di DI Yogyakarta Tercemar

SUNGAI Winongo yang mengalir di Kota Jogja dan Kabupaten Bantul mengalami pencemaran skala sedang akibat limbah rumah tangga dan limbah industri. Dari 10 sungai yang menjadi kewenangan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) DIY, hampir seluruhnya tercemar, namun masih dalam kategori rendah dan sedang.*/WILUJENG KHARISMA/PR
SUNGAI Winongo yang mengalir di Kota Jogja dan Kabupaten Bantul mengalami pencemaran skala sedang akibat limbah rumah tangga dan limbah industri. Dari 10 sungai yang menjadi kewenangan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) DIY, hampir seluruhnya tercemar, namun masih dalam kategori rendah dan sedang.*/WILUJENG KHARISMA/PR

YOGYAKARTA, (PR).- Dari 10 sungai yang diawasi dalam kewenangan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi DI Yogyakarta, hampir seluruhnya tercemar dalam kategori rendah dan sedang. Hal itu terungkap setelah DLHK DIY melakukan pengambilan sampel untuk melihat Indeks Kualitas Air (IKA).

"Ada yang tercemar ringan, ada yang sedang, tetapi hampir semua sungai mengandung bakteri coli. Tetapi, karena sungai kita kelas II, artinya tidak untuk konsumsi, masih aman dan memang tidak disarankan untuk konsumsi," kata Kasi Pengendalian Pencemaran Air dan Sungai DLHK DIY, Ninik Srihandayani, Rabu, 31 Juli 2019.

Ninik mengatakan, tingginya kandungan bakteri coli di sungai disebabkan oleh pembuangan limbah rumah tangga ke sungai. Selain itu, ada pula kandang hewan yang berada di atas sungai.

"Bakteri coli itu kan terdapat di kotoran hewan, kotoran manusia. Itu yang mendominasi, meskipun angkanya selalu ada perbaikan," ucapnya.

Ninik mengatakan, pemantauan kualitas air pada 10 sungai di DIY  dilakukan secara periodik sebanyak tiga kali dalam satu tahun. Sungai yang menjadi kewenangan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan DIY untuk dipantau meliputi sungai Code, Gajahwong, Winongo, Bedog, Konteng, Kuning, Tambakbayan, Oyo, Belik, dan Bulus.

Menurutnya, terjadi perbaikan IKA pada setiap sungai namun masih masuk kategori tercemar. "Memang saat ini sudah ada perbaikan, tetapi memang masih ada warga yang membuang limbah ke sungai. Warga membuat saluran, tetapi salurannya menuju sungai. Ada pula kandang hewan yang kotorannya masuk ke sungai," ujarnya.

Menurut data DLHK DIY, dari tahun ke tahun, IKA selalu meningkat. Pada tahun 2016, target IKA DIY 29,17, sementara nilai IKA DIY bisa mencapai 29,17. Tahun 2017, target IKA DIY adalah 32, sedangkan nilai IKA DIY sudah mencapai 33,9. Pada tahun 2018, target IKA DIY meningkat menjadi 34,2, sedangkan nilai IKA DIY mencapai 40,25.

Sosialisasi juga harus meliputi tindakan menanam pohon dan membersihkan sungai

Ketua Forum Komunikasi Winongo Asri (FKWA) DIY, Endang Rohjiani, menuturkan, tingkat pencemaran di masing-masing sungai berbeda. FKWA menggunakan metode biolitik untuk memeriksa kualitas air sungai, berupa pemanfaatan biota tidak bertulang sebagai indikator pencemaran.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat