kievskiy.org

Musim Tanam Mundur, Pemkab Purbalingga Galakkan GPOT

ILUSTRASI menanam padi.*/EVIYANTI/PR
ILUSTRASI menanam padi.*/EVIYANTI/PR

PURBALINGGA, (PR).- Target produksi pangan 2019 dikhawatirkan tidak akan terpenuhi karena musim kemarau yang berlangsung cukup panjang. Petani pun kehilangan kesempatan untuk musim tanam ke tiga yang biasanya dilakukan Oktober-Desember.

Saat ini, beberapa saluran irigasi mulai mengalirkan air. Namun, sebagian besar petani belum mulai mengolah sawahnya karena khawatir pasokan air irigasi bakal tidak mencukupi. Karenanya, musim tanam ke tiga di Kabupaten Purbalingga dikhawatirkan mundur.

"Sekarang kemaraunya sampai akhir Oktober, sumber air sudah banyak mengering. Harusnya Oktober mulai tanam, Desember panen. Kalau tanamnya tertunda, berarti musim tanamnya mundur maka panen juga mundur. Imbasnya produksi tahun berjalan (2019) menurun," kata Kepala Dinas Pertanian Purbalingga, Mukodam, Jumat, 25 Oktober 2019.

Target luas tanam di musim tanam ke tiga seharusnya mencapai 8.000 hektare. Namun, hingga akhir September 2019, luas tanam baru mencapai 1.450 hektare dan jumlah yang kurang lebih sama pada Oktober 2019.

Pemkab gencarkan GPOT

Untuk mengejar terget produksi, pemerintah menggencarkan Gerakan Percepatan Olah Tanah (GPOT) dengan luas minimal 100 hektare. Namun, hanya beberapa kecamatan yang bisa melaksanakannya. Misalnya, Kecamatan Padamara dan Kecamatan Kaligondang. Pada September 2019, Kecamatan Rembang bisa mencapai total 200 hektare.

Program GPOT, menurut Mukodam, dibiayai Kementerian Pertanian RI dan memiliki beberapa kriteria. Setiap 100 hektare lahan yang dijadikan area GPOT mendapat subdisi bantuan sebesar Rp20 juta per bulan.

''Dana ini dipakai untuk membantu pengairan seperti saluran pengairan, pembelian bahan bakar (BBM) mesin penyedot air, dan operasional kantor maupun tenaga operator yang mengairi lahan yang akan diolah,'' katanya.

GPOT dilakukan untuk mendorong para petani agar tetap mengolah lahan dalam kondisi keterbatasan air. Hal ini dilakukan agar lahan tetap produktif secara optimal.

Mukodam menambahkan, pihaknya juga terus mendorong GPOT nonformal. Itu diterapkan pada tiap lahan skala kecil tetapi tersedia air. "Kita support dengan brigade alsintan dari dinas. Intinya, agar luas tanam terus meningkat," ujarnya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat