kievskiy.org

Upacara Tungguk Tembakau, Merayakan Keceriaan Petik Panen ‎Petani Tembakau Lereng Merbabu-Merapi

WARGA mengarak dan berebut gunungan hasil bumi dalam Upacara dan Festival Tungguk Tembakau di Desa Senden, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah, Kamis, 2 Agustus 2018. Upacara merupakan rasa syukur petani atas panen tembakau.*/BAMBANG ARIFIANTO/PR
WARGA mengarak dan berebut gunungan hasil bumi dalam Upacara dan Festival Tungguk Tembakau di Desa Senden, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah, Kamis, 2 Agustus 2018. Upacara merupakan rasa syukur petani atas panen tembakau.*/BAMBANG ARIFIANTO/PR

PUKUL 20.36 WIB, mobil bak terbuka yang kami tumpangi mulai menembus pekat malam. Dengan tenaga yang cukup payah, mobil melaju perlahan menapaki jalanan berkelok dan terus mendaki.

Terpaan angin tak henti-henti menghantam kami yang kedinginan dan meringkuk kedinginan di atas bak terbuka. Rasanya, lebih baik berdiam saja di rumah warga dengan berselimut tebal dan menghangatkan diri dekat perapian ketimbang menjadi santapan terbuka angin pegunungan.

Tapi tunggu dulu, pemandangan indah samar-samar terlihat di kanan kiri kendaraan yang tumpangi. Kami terkepung bayangan hitam dua gunung yang tegak dan membeku di atas ketinggian. 

Dua gunung yang berdiri berdampingan barangkali sejak Pulau Jawa tercipta di muka bumi. Ya, kedua gunung bernama Merapi dan Merbabu ini mempunyai tempat tersendiri dalam tradisi masyarakat Jawa yang tinggal di sekitarnya. Keduanya menjadi pusat orientasi untuk berbagai upacara adat sakral masyarakat setempat. Begitu pula dengan kehadiran kami yang sengaja datang untuk menghadiri Festival Tungguk Tembakau yang berlangsung di Desa Senden, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah Rabu-Kamis, 1-2 Agustus 2018. 

Kami merupakan rombongan jurnalis yang berangkat dari Jakarta menuju Boyolali pada Rabu, 1 Agustus 2018 sore. Menempuh penerbangan selama satu jam, kami tiba di Senden untuk menghadiri peresmian Sekolah Budaya Jawa atau School for Javanese Culture yang digagas sejumlah dosen Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Selepas peresmian, kami bergerak menuju lokasi Tungguk Tembakau yang berlangsung di Kompleks Pemakaman Gunungsari. 

Tungguk Tembakau merupakan ritual adat para petani tembakau di lereng Merbabu dan Merapi saat akan melaksanakan petik panen. Selain penanda awal panen, upacara adat itu menjadi bentuk ungkapan rasa syukur dan harapan agar panen berlimpah. Kemeriahan sudah dirasakan kami saat mulai mendekati area pemakaman.

Sebuah panggung melintang di atas jalan dengan tetabuhan gamelan dan tembang jawa mengalun di tengah deru angin yang tak jemu menampar badan kami. Rupanya, Tungguk Tembakau menjadi pesta rakyat di malam itu. Warga Senden dan sekitarnya berduyun datang menikmati pertunjukan tari, gamelan, tembang Jawa yang dipentaskan. Mereka menggelar tikar dan sebagian menghangatkan diri dengan meminum kopi dan merokok di dekat panggung. 

Pukul 21.37, dua gunungan besar sudah mulai digotong dan diarak warga menuju Gunungsari. Dua gunungan tersebut diisi daun tembakau dan sayur-sayuran hasil pertanian warga. Selain dua gunungan besar, terdapat pula dua gunungan kecil kecil berisi lauk pauk makanan.

Dengan perlahan, gunungan-gunungan digotong menuju kompleks pemakaman yang lokasi berada di puncak bukit. Terpaan angin semakin menjadi-jadi sepanjang perjalanan itu. Udara dingin tambah menusuk kendati pakaian dan jaket yang kami gunakan berlapis-lapis. Para penggotong tampak sempoyongan menahan berat beban yang mesti ditanggungnya saat mendaki. 

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat