kievskiy.org

Diawali Banyaknya Ternak yang Mati Mendadak, Dua Warga Diduga Terkena Antraks

ILUSTRASI pengecekan wabah antraks pada hewan. Setelah beberapa hewan mati mendadak, dua warga Gunungkidul diduga ikut tertular antraks.*
ILUSTRASI pengecekan wabah antraks pada hewan. Setelah beberapa hewan mati mendadak, dua warga Gunungkidul diduga ikut tertular antraks.* /WILUJENG KHARISMA/PR

PIKIRAN RAKYAT - Dua warga Gunungkidul diduga tertular penyakit antraks. Keduanya merupakan warga Padukuhan Ngrejek Kulon dan Ngrejek Wetan Desa Gombang, Kecamatan Ponjongdiduga. Dugaan menguat lantaran dalam kurun waktu tiga minggu terakhir, sejumlah hewan di desa tersebut dikabarkan mati mendadak.

Otoritas Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Gunungkidul membenarkan ada warga yang dilarikan ke RS lantaran diduga terjangkit antraks. Namun demikian saat ini pemerintah tengah menunggu hasil uji laboratorium sampel darah dua warga tersebut dari Balai Besar Penelitian Veteriner (BB Litvet), Bogor, Jawa Barat.

Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul, Dewi Irawaty mengungkapkan sampel darah dua warga Desa Gombang tersebut sudah diambil dan dikirim untuk uji laboratorium. "Kami belum bisa menyatakan positif atau negatif, karena untuk menentukan positif kami harus melalui hasil pemeriksaan darah yang sudah diambil dan dikirim ke BB Litvet Bogor," kata Dewi, Jumat 3 Januari 2020.

Baca Juga: Setelah Tol Layang, Kini Presiden Jokowi Bersiap Resmikan Jalur Layang Kereta Api

Ia memastikan sampel darah tersebut sudah dikirim pada Kamis, 2 Januari 2020. Saat ini pihaknya tinggal menunggu hasilnya yang biasanya memakan waktu kurang lebih 10 hari. Sedangkan dua korban tersebut diketahui tengah dirawat secara intensif oleh RSUD Wonosari.

Pihaknya mencurigai bahwa kasus tersebut merupakan penyebaran virus antraks. Oleh karena itu, kata dia, setelah ada temuan warga yang diduga terjangkit virus yang ditularkan dari hewan tersebut, pihaknya langsung mengevakuasi korban untuk diberikan pengobatan dan perawatan secara intensif di rumah sakit. Sedangkan untuk warga lainnya di desa tersebut, pihaknya menerjunkan tim untuk dilakukan sosialisasi.

"Setelah menemukan itu kami langsung lakukan penyuluhan kepada masyarakat di lingkungan lokasi kejadian, kami edukasi seperti kalau ada sapi mati atau sakit tidak boleh dikonsumsi, kalau ada keluhan segera lapor, dan tentunya kami edukasi soal lalu lintas hewan dan pengambilan pakan," ujarnya.

Terpenting, Dewi menegaskan agar perilaku masyarakat bisa berubah. Contohnya, jika ada hewan sakit jangan disembelih, sebab darahnya akan mudah terjangkit. Selain itu, lalu lintas pembelian hewan ternak oleh petani perlu diperhatikan dengan baik mulai dari mengecek kesehatan, lokasi pembelian, dan pakan yang dikonsumsi hewan tersebut.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat