kievskiy.org

Khofifah Indar Parawansa Tanggapi Aksi Pria Tendang Sesajen, Tekankan Tabayun

Bekas aliran lahar yang merusak areal pertanian di kawasan Umbulan, Dusun Sumbersari, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo Kabupaten Lumajang dengan latar belakang Gunung Semeru. Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menanggapi aksi pria yang dengan sengaja menendang sesajen di Kecamatan Pronojiwo, dia minta untuk tabayun.
Bekas aliran lahar yang merusak areal pertanian di kawasan Umbulan, Dusun Sumbersari, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo Kabupaten Lumajang dengan latar belakang Gunung Semeru. Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menanggapi aksi pria yang dengan sengaja menendang sesajen di Kecamatan Pronojiwo, dia minta untuk tabayun. /Antara/Vicki Febrianto Antara/Vicki Febrianto

PIKIRAN RAKYAT - Belakangan ini viral di media sosial pria yang membuang dan menendang sesajen di daerah terdampak erupsi Gunung Semeru, Jawa Timur (Jatim), yakni Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang.

Pebagai pihak mengomentari aksi yang dilakukan oleh pria yang dengan sengaja membuang dan menendang sesajen di Kecamatan Pronjiwo tersebut, salah satunya Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.

Menanggapi aksi pria yang menendang sesajen di Kecamatan Pronojiwo tersebut, Khofifah Indar Parawansa mengingatkan agar bila melihat sesuatu, masyarakat melakukan tabayun.

Dikatakan Khofifah Indar Parawansa, melakukan hal yang baik mesti harus beriringan, yakni harus dengan cara yang baik pula.

Baca Juga: Isi WhatsApp Anang Hermansyah Bocor, Kondisi Ashanty Usai Positif Covid-19 Akhirnya Terbongkar

"Lebih baik tabayun. Minta penjelasan untuk apa ini. Jadi melakukan hal baik dilakukan dengan cara baik dan tujuan yang baik, dan itu harus berseiring," kata Khofifah Indar Parawansa di Gedung Grahadi Surabaya, Senin 10 Januari 2022.

Menurut Gubernur Jawa Timur tersebut, bila terdapat persoalan budaya, mesti melakukan pendekatan dengan budaya pula.

Hal serupa juga dilakukan untuk persoalan agama, menurutnya pendekatan yang dilakukan juga mesti melakukan pendekatan agama.

"Jika ada persoalan budaya, maka pendekatannya harus budaya. Lalu, jika persoalan agama, maka pendekatannya harus agama, sehingga melakukan hal yang mungkin bisa menyinggung suku, budaya dan adat tertentu,” ujarnya menerangkan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat