kievskiy.org

Muhammad Farhan: Pemerintah Bukan Gagap tapi Gagal Atasi Minyak Goreng

Stok minyak goreng di pasaran mulai melimpah.
Stok minyak goreng di pasaran mulai melimpah. /Antara/Yusuf Nugroho

PIKIRAN RAKYAT - Fenomena ketersediaan minyak goreng pasca Pemerintah mencabut Harga Eceran Tertinggi (HET) dinilai masih merugikan masyarakat.

Pasalnya, harga minyak goreng kemasan yang mampu menembus Rp37 ribu perliter ditambah dengan kelangkaan minyak curah meski ditarif murah, dianggap merusak ekuilibrium (kesetimbangan) pasar.

Anggota Komisi 1 DPR RI dari Fraksi NasDem, Muhammad Farhan menilai, harga minyak goreng yang menembus kenaikan di luar kewajaran, semakin memperkuat Pemerintah melalui Kementrian Perdagangan (Kemendag) tak mampu mengatasi kerumitan harga minyak goreng.

"Itulah bentuk kontraksi pasar dalam menemukan ekuilibrium harga supply dan demand yang baru. Upaya pemerintah menetapkan HET, yang tujuannya baik, malah berbalik dan merusak ekuilibrium pasar," ujar Farhan dalam keterangannya, Selasa 22 Maret 2022.

Baca Juga: Gerakan Mahasiswa Selalu Setia Membela Rakyat, dari Menteri Tukang Ngobyek hingga Dramaturgi Minyak Goreng

Menurutnya, Kementrian harus ekstra menjamin harga minyak goreng menjelang Ramadan harus turun ditengah kondisi perekonomian masyarakat dampak Pandemi Covid-19 belum pulih total.

"Jadi sekarang tugas pemerintah memastikan pasokan ke pasar, agar harga perlahan turun, walaupun saya tidak yakin harga akan kembali turun ke tingkat sebelum HET," katanya.

Farhan memastikan, apapun narasi yang disampaikan Kemendag saat ini merugikan masyarakat.

"Tentu saja merugikan, sehingga perlu saya apresiasi kesigapan Polri menegakkan restoratif justice, sehingga banyak terduga penimbunan akhirnya melepaskan barangnya ke pasar," katanya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat