kievskiy.org

Jokowi Minta Emak-emak Kontrol Diri, Jangan Tiap Tahun Punya Anak

Ilustrasi anak-anak. Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta agar para ibu-ibu (emak-emak) di Indonesia untuk mengontrol diri mereka.
Ilustrasi anak-anak. Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta agar para ibu-ibu (emak-emak) di Indonesia untuk mengontrol diri mereka. /Antara/Ari Bowo Sucipto Antara/Ari Bowo Sucipto

PIKIRAN RAKYAT - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta agar para ibu-ibu (emak-emak) di Indonesia untuk mengontrol diri mereka.

Kontrol diri tersebut terkait kelahiran anak-anak yang sedang direncanakan.

Jokowi meminta agar ibu-ibu menahan diri dalam proses kelahiran seorang anak.

Ia meminta agar para emak-emak tidak tiap tahun punya keinginan untuk memiliki seorang anak.

Baca Juga: Isi SKB 3 Menteri Idul Adha 2022 Terbaru, Ini Jadwal Libur Lebaran Kurban Menurut Pemerintah

Pernyataan tersebut Presiden Jokowi keluarkan dalam Puncak Peringatan Hari Keluarga Nasional 2022 di Medan pada Kamis, 7 Juli 2022.

Presiden meminta setiap anak diatur dengan jarak minimal 3 tahun dari setiap kelahiran.

"Harus lebih dari tiga tahun. Jangan tiap tahun punya anak. Lebih dari tiga tahun diatur," tuturnya.

"Sehingga ibu sudah pulih, gizinya baik, boleh punya anak lagi," ucap Presiden Jokowi menjelaskan.

Jokowi meminta agar emak-emak mengatur kehamilan karena berbagai kondisi penting yang harus diperhatikan.

Salah satunya adalah agar bisa menyiapkan anak-anak dengan gizi yang sehat, kesehatan yang baik.

Baca Juga: Bicara Soal Ketahanan APBD, Jokowi Indikasikan Harga BBM Bakal Naik?

Sehingga nantinya bisa menjadi generasi yang tumbuh dan kompetitif di tengah persaingan global.

"Kalau anak kita stunting. Gizinya nggak baik, nutrisinya tidak tercukupi. Ah sudah nanti ke depan bersaing dengan negara lain akan sangat kesulitan," tutur Presiden kembali.

Senada dengan pernyataan tersebut, Presiden Jokowi menyatakan pemerintah berusaha untuk menurunkan angka stunting yang terjadi saat ini.

Ia menyebut pada tahun 2021 kemarin, angka stunting di Indonesia masih mencapai 24,4 persen.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat