kievskiy.org

Sopir Angkot Galau Akibat Maraknya Kasus Pelecehan Seksual

Sejumlah penumpang menunggu keberangkatan angkutan umum di Kampung Rambutan, Jakarta, Selasa (12/7/2022). Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo mengatakan rencana kebijakan pengaturan tempat duduk seluruh angkutan umum (Angkot) yakni wajib memisahkan antara penumpang wanita dan pria akan diterapkan pada minggu ini untuk mengantisipasi terjadinya pelecehan seksual di angkutan umum.
Sejumlah penumpang menunggu keberangkatan angkutan umum di Kampung Rambutan, Jakarta, Selasa (12/7/2022). Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo mengatakan rencana kebijakan pengaturan tempat duduk seluruh angkutan umum (Angkot) yakni wajib memisahkan antara penumpang wanita dan pria akan diterapkan pada minggu ini untuk mengantisipasi terjadinya pelecehan seksual di angkutan umum. /Antara/Asprilla Dwi Adha ANTARA FOTO

PIKIRAN RAKYAT - Sejumlah sopir angkutan kota (angkot) di Jakarta geram dengan adanya kasus pelecehan seksual di dalam transportasi umum tersebut karena menyebabkan semakin sepi penumpang.

Salah seorang sopir angkot jurusan Kampung Rambutan-Depok, Amin, mengatakan bahwa dengan adanya kasus seperti itu bisa menjadikan semakin berkurangnya jumlah penumpang angkot.

“Ya kesal juga sih, kan jadi buat tambah sepi penumpang mereka nanti bisa pindah ke online, udah sepi makin sepi lagi,” kata Amin dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Antara pada 14 Juli 2022

Amin juga mengatakan bahwa dirinya dan beberapa sopir angkot lainnya sudah berupaya menjaga penumpang agar merasa aman. Menurutnya, harus ada saling jaga dan mengingatkan antar penumpang agar kasus tersebut tidak terjadi.

Baca Juga: Viral! Dewa Matahari Ditangkap Polisi

“Kalau saya jaganya paling kalau melihat ada yang gelagatnya aneh-aneh paling saya langsung liatin dari spion tengah ini, biasanya nanti yang diliatin jadi risih atau malu,” ujarnya.

Sopir angkot lainnya, Hendri, mengatakan bahwa dirinya sulit mengetahui hal yang terjadi dengan penumpang jika kondisi kendaraan dalam keadaan penuh. Ia hanya bisa mengetahui jika ada penumpang yang menyampaikan peristiwa yang terjadi.

“Susah juga karena sambil nyetir juga. Paling kalau penumpangnya teriak atau kasih tau ke kita ada apa, baru kita bantu apa yang bisa,” ujar Hendri.

Baca Juga: Yana Mulyana Masuk RS, Begini Kondisi Wali Kota Bandung Usai Jalani Pemeriksaan

Praktisi Transportasi yang juga Direktur Eksekutif Institut Studi Transportasi (Instran), Deddy Herlambang, menuturkan bahwa saat ini belum ada aturan jelas dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM) khusus angkutan perkotaan untuk mencegah pelecehan atau kekerasan seksual di dalam angkot.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat