kievskiy.org

Citayam Fashion Week, Okupasi Balik Muda Mudi Daerah Terhadap Ruang Ibu Kota Negara

Warga berpose menampilkan busananya di kawasan Dukuh Atas, Jakarta pada Sabtu, 23 Juli 2022. Fenomena ajang pamer fesyen dan peragaan busana oleh muda-mudi di kawasan Dukuh Atas itu kini lebih dikenal dengan Citayem Fashion Week.
Warga berpose menampilkan busananya di kawasan Dukuh Atas, Jakarta pada Sabtu, 23 Juli 2022. Fenomena ajang pamer fesyen dan peragaan busana oleh muda-mudi di kawasan Dukuh Atas itu kini lebih dikenal dengan Citayem Fashion Week. /Antara/Hafidz Mubarak A

PIKIRAN RAKYAT - Fenomena Citayam Fashion Week ramai diperbincangkan belakangan ini. Muda-mudi dari daerah seakan merebut sebagian kecil ruang publik Jakarta guna berlenggak-lenggok memamerkan pakaian dan beragam aksesoris nan unik.

Fenomena tersebut bisa dibaca sebagai bentuk perlawanan warga daerah atau tepi terhadap pusat.

Bukankah mereka yang berlenggak-lengok itu berasal dari Kabupaten Bogor, wilayah Bekasi, Kota Depok, daerah-daerah yang selama ini merupakan tempat bermukim warga-warga Jakarta yang tergusur oleh pembangunan ibu kota negara.

Sastrawan senior Ahmad Tohari memiliki ilustrasi menarik tentang protes warga kecil terhadap ketimpangan sosial di Jakarta dalam sebuah cerita pendeknya berjudul, "Anak ini Mau mengencingi Jakarta?".

Baca Juga: Nama Baim Wong Trending Topik Twitter Usai Daftarkan Citayam Fashion Week ke Dirjen HAKI

Seorang anak kecil dari keluarga yang tinggal di gubuk-gubuk kardus tepi rel kereta api kebelet kencing selepas disuapi mi instan pada suatu pagi. Ayahnya marah dan melarang bocah itu kencing di dekat punggung emaknya dan dekat buntalan pakaian. Sang bocah pun bertanya kemana dia harus berkemih.

"Nah, dengar ini! Kamu boleh kencing di mana pun seluruh Jakarta; di Menteng, di pinggir Jalan Thamrin, di lapangan belakang Stasiun Gambir, di sepanjang belakang gili-gili Kebayoran Baru, juga boleh kencing di Senayan. Dengar itu?" jawab si bapak.

Ya, Cerpen Ahmad Tohari menunjukkan perlawanan kaum kecil terhadap ketimpangan sosial yang untuk urusan buang air seni saja kebingungan.

Bentuk perlawananya diperlihatkan dengan, boleh kencing di manapun di Jakarta asal bukan di jangan di dekat punggung emaknya. Perkara kencing tersebut pun menjadi bagian dari upaya warga pinggiran mendaulat sebagian ruang Jakarta yang gemerlap dan komersil.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat