kievskiy.org

Cerita Rasuna Said Kelabui Mata-Mata Belanda, Berperang dengan Pena Sebagai Senjata

Rasuna Said.
Rasuna Said. /Google Doodle

PIKIRAN RAKYAT – Google doodle hari ini merayakan ulang tahun ke-112 Rasuna Said. Selain dikenal sebagai pahlawan Indonesia yang lantang menyuarakan hak wanita sebagaimana Kartini lewat emansipasinya, Rasuna Said dikenal sebagai jurnalis pada masa perang kemerdekaan.

Rasuna Said tumbuh di lingkungan pendidikan pesantren di Sumatra Barat. hal itu tidak menyurutkan tekad dia mempelajari jurnalistik. Pada masa itu, begitu jarang perempuan menjadi pewarta.

Menjelang usianya yang ke-25 tahun, Sang Singa Betina itu menjadi pemimpin sebuah majalah bernama Raya. Sesuai namanya, Raya dimaksudkan sebagai salah satu corong bagi pribumi Sumatra Barat untuk melontarkan kritik dan penegasan.

Pada masa itu, pemimpin redaksi majalah adalah lelaki. Selain majalah Raya yang terbit di Sumatra dan dikenal tajam, ada majalah Pedoman Masyarakat yang dipimpin Hamka.

Baca Juga: Mochtar Kusumaatmadja dan Djuanda, Bukti Orang Sunda Orang Laut

Bedanya, Majalah Raya dipimpin Rasuna Said, perempuan pemberani kelahiran Maninjau Agam, Sumatra Barat, 112 tahun lalu.

Lewat majalah Raya, Rasuna Said semakin tajam melontarkan berbagai kritik kepada penjajah. dia tak berhenti hanya membuat satu majalah.

Tahun 1937, berlokasi di Medan, dia kembali mendirikan koran yang terbit seminggu sekali, Menara Poetri.

Saat Rasuna Said menjadi penulis di koran Menara Poetri, dia kerap membuat opini serta artikel yang berkaitan dengan persamaan hak antara pria dan wanita. Sehingga, tulisannya disukai kaum perempuan pada masanya, yang sama-sama bergerak pada pergolakan perang fisik.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat