kievskiy.org

Anies Baswedan Khawatir Jakarta Ditinggalkan Penduduknya

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. /Pikiran-Rakyat.com/Amir Faisol



PIKIRAN RAKYAT - Gubernur Anies Baswedan khawatir Jakarta di masa depan akan ditinggalkan penduduknya jika pemerintah tidak melakukan sejumlah intervensi.

Anies Baswedan mengatakan tanpa disadari Jakarta saat ini telah ditinggalkan penduduknya. Mereka melakukan migrasi ke daerah pinggiran.

Mereka lebih memilih tinggal di daerah pinggiran karena penawaran perumahan yang ditawarkan di sana lebih nyaman dengan halaman yang luas, udara dan air yang segar. Pergerakan penduduk ini bahkan terjadi dalam beberapa dekade terakhir ini.

Kekhawatiran itu disampaikan Anies Baswedan saat memberikan sambutan dalam acara sosialisasi Pergub Nomor 31 Tahun 2022 Tentang Rencana Detail Tata Ruang (RDTR), di Balai Kota Jakarta, Gambir, Jakarta Pusat, Rabu 21 September 2022.

Baca Juga: Akui Kehidupan Ekonominya Sangat Sulit, Pinkan Mambo: Tangan dan Kaki Aku Paling Kasar di Dunia

“Pergerakan ini kalau dibiarkan terus menerus nanti kota jasa ini ditinggalkan penduduknya,” ucapnya.

Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu mengatakan pada Tahun 2018 sebanyak 280 ribu penduduk bahkan melakukan migrasi ke luar Jakarta.

Maka yang terjadi di Jakarta terjadi urban sprawling yaitu kondisi perluasan suatu kawasan perkotaan yang tak terkontrol.

Dalam pandangannya, ada sejumlah faktor mengapa Jakarta kemudian ditinggalkan warganya. Pertama, orientasi pembangunan yang mengabaikan keberlanjutan lingkungan hidup.

Baca Juga: Di Tengah Rumor Jennie BLACKPINK Kencan dengan V BTS, G-Dragon Lakukan Hal yang Bikin Blink Heboh

Termasuk pembangunan yang selama ini selalu berorientasi kepada kendaraan pribadi bukan kawasan orientasi transit. Belum lagi dukungan dari pemerintah yang membangun jalan tol ke luar kota.

Karena itu, Anies Baswedan mengatakan dalam lima tahun terakhir ini dirinya berusaha mewujudkan pembangunan hunian yang layak dan terjangkau.

Anies Baswedan mengatakan untuk program hunian dikelompokkan ke dalam tiga kelompok. Pertama, mereka yang memiliki daya beli tinggi. Kedua yang kurang mampu. Ketiga, kelompok masyarakat yang ada di antara keduanya.

Bagi yang berada di kelompok daya beli tinggi, mereka dilayani pasar. Mereka yang berada di kelompok daya beli rendah dilayani dengan rumah dp nol rupiah.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat