kievskiy.org

Teks Lengkap Duta Besar China untuk Indonesia di President University

Duta Besar Republik Rakyat China untuk Republik Indonesia, Lu Kang (kiri) berinteraksi dengan hadirin usai pidato di President  University, 31 Mei 2023.
Duta Besar Republik Rakyat China untuk Republik Indonesia, Lu Kang (kiri) berinteraksi dengan hadirin usai pidato di President University, 31 Mei 2023. /Xinhua

PIKIRAN RAKYAT - Duta Besar Republik Rakyat China untuk Republik Indonesia, Lu Kang pada 31 Mei lalu diundang untuk berpidato di President University mengenai kebijakan China dan hubungan China-Indonesia serta isu-isu lain.

Yang terhormat Dr. Darmono, yang terhormat Dr. Chairy, para anggota fakultas yang terhormat, para hadirin sekalian.

Senang sekali bisa bergabung dengan Anda sekalian, para anggota fakultas serta mahasiswa President University di sini, dan terima kasih telah memberikan kesempatan ini.

President University mungkin belum memiliki sejarah panjang, tetapi telah menjadi institusi internasional yang luar biasa dan modern hanya dalam waktu 21 tahun. Diakui secara luas oleh pemerintah dan masyarakat, universitas ini telah memberikan banyak kontribusi bagi pembangunan Indonesia. President University juga telah memberikan beasiswa kepada sekitar 500 mahasiswa China, yang akan memainkan peran mereka dalam pertukaran bersahabat China-Indonesia, terutama kerja sama ekonomi dan perdagangan. Sejak berada di sini, saya sudah terkesan dengan vitalitas para mahasiswa muda dan keragaman budayanya.

Saya diberi tahu bahwa President University dikhususkan untuk mempersiapkan pemimpin masa depan dengan kewirausahaan, integrasi lintas budaya, dan visi global. Apa pun bidang yang Anda pilih untuk menjadi pemimpin, dari sudut pandang ketiga dimensi di atas, China tentunya menjadi topik yang harus Anda cermati. Faktanya, pembangunan, pilihan kebijakan, dan pengaruh China di dunia telah menjadi topik yang sangat hangat akhir-akhir ini. Itulah mengapa saya berada di sini hari ini, untuk membagikan pandangan saya dan mendengarkan pandangan Anda.

Izinkan saya memulai dengan sebuah kisah nyata. Pada akhir 1960-an, seorang remaja di Beijing pergi ke sebuah desa kecil di China barat laut. Dia menghabiskan tujuh tahun di sana sebagai petani. Pada saat itu, orang-orang menjalani kehidupan yang sangat sulit di daerah pedesaan China. Mereka semua tinggal di "gua-gua tanah" dan tidur di "ranjang tanah". Tidak ada daging dalam menu makanan mereka  selama berbulan-bulan. Yang paling didambakan oleh penduduk desa saat itu adalah mendapatkan daging dan bisa sering memakannya. Kemudian, si pemuda menjadi sekretaris cabang Partai Komunis China (Communist Party of China/CPC) di desa tersebut dan bertekad untuk membebaskan penduduk desa dari belitan kemiskinan melalui pembangunan. Salah satu target pemuda itu adalah agar penduduk desa bisa mendapatkan daging dan bisa sering mengonsumsinya.

Puluhan tahun pun berlalu, dan pemuda ini telah tumbuh besar menjadi presiden China, dan itulah kisah Presiden Xi Jinping. Saat dirinya kembali ke desa kecil itu setengah abad kemudian, dia melihat jalanan yang beraspal. Kini, penduduk desa tinggal di rumah-rumah yang terbuat dari batu bata dan ubin, serta telah memiliki akses internet dan layanan kesehatan. Para lansia mendapatkan perawatan dasar untuk usia lanjut. Anak-anak dapat bersekolah. Dan tentunya, daging selalu tersedia.

Para hadirin sekalian, kisah ini bisa menjadi kisah siapa pun di China selama beberapa  dasawarsa terakhir. Ini merupakan kisah tentang "Modernisasi China".

Modernisasi China, yang dieksplorasi oleh rakyat China di bawah kepemimpinan CPC, merupakan jalur pembangunan yang sesuai dengan kondisi China. Dua tahun yang lalu, pada peringatan 100 tahun CPC, saya mengundang beberapa diplomat asing untuk mengunjungi kompleks bersejarah di Beijing tempat CPC memimpin rakyat China memenangkan revolusi. Para diplomat Barat tersebut juga bertanya-tanya bagaimana CPC bisa sukses dan memenangkan dukungan dari mayoritas besar rakyat China.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat