kievskiy.org

Penyandang Disabilitas Sikapi Pemilu 2024: Siapa pun yang Menjabat, Kami Tetap Kurang Diperhatikan

Ilustrasi Pemilu 2024.
Ilustrasi Pemilu 2024. /Antara/Arif Firmansyah

PIKIRAN RAKYAT - Lebih dari satu juta pemilih pada pemilihan umum (Pemilu) 2024 adalah penyandang disabilitas. Namun, aksesisibilitas mereka bukan hanya terhambat secara fisik dalam hal pemungutan suara, tapi juga aksesibilitas untuk mengenali setiap peserta pemilu dan harapan terciptanya perubahan dari pemilu.

Data Daftar Pemilih tetap (DPT) nasional menunjukkan, ada 1.101.178 pemilih yang merupakan pennyandang disabilitas. Jumlah itu setara 0,54 persen dari seluruh DPT yang jumlahnya 204.807.222 orang.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 482.414 merupakan penyandang disabilitas fisik, 55.421 penyandang disabilitas intelektual, dan 264.594 penyandang disabilitas mental. Disabilitas sensorik terdiri dari sensorik wicara (126.880 orang), sensorik rungu (52.526 orang), dan sensorik netra (119.343 orang).

Pemilih muda dan pemilih pemula adalah kelompok yang tergolong sedikit aksesibilitasnya terkait informasi mengenai peserta pemilu. Hal itu disebabkan 2 faktor. Pertama, pemilih yang tidak mencari tahu karena ada rasa apatis. Kedua, peserta pemilu yang belum menjangkau mereka.

Ilustrasi baliho kampanye peserta Pemilu.
Ilustrasi baliho kampanye peserta Pemilu.

Baca Juga: Hasto PDIP Klarifikasi Isu Effendi Simbolon Tak Masuk Daftar Caleg Pemilu 2024

"Untuk 2024, jujur masih belum tahu, soalnya saya enggak tahu nanti yang calon-calonnya siapa, saya enggak update. Sepertinya, sih, bakal ikutin pilihan orangtua lagi, ya, sepertinya demikian, bingung juga, sih, dan enggak ngikutin," ujar Caroline (21), pemilih penyandang disabilitas sensorik netra di Bandung, Rabu, 12 Juli 2023.

Pemilu 2024 adalah pemilu kedua yang diikutinya. Pada 2019, ia sudah mengikuti pemilu untuk pertama kalinya. Saat itu, ia masuk ke bilik suara dengan didampingi orangtua. Pilihan suaranya pun diberikan sesuai arahan orangtua.

Menurutnya, pendampingan dengan orangtua memang disarankan oleh petugas pemungutan suara, sehingga ia dibantu masuk bilik suara, mencoblos surat suara, dan memasukkan ke kotak suara. Orangtua mengarahkan tangannya untuk mencoblos surat suara sesuai pilihan bersama dengan orangtuanya.

Dari pengalaman pertamanya itu, Caroline yang merupakan mahasiswa di salah satu kampus di Kota Bandung itu justru tidak tertarik untuk mencari tahu setiap proses pemilu. Oleh karena itu, ia lebih memilih mengikuti saja pilihan orangtuanya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat