kievskiy.org

Panglima TNI Perintahkan Tentara ‘Piting’ Warga Rempang, Kapuspen: Berarti Setiap Prajurit ‘Merangkul’

Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono (kanan).
Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono (kanan). /Antara/Nova Wahyudi

PIKIRAN RAKYAT – Pernyataan Panglima TNI Laksamana Yudo Margono meminta prajurit untuk “memiting” warga dalam konflik agraria di Pulau Rempang, Batam, Kepulauan Riau menjadi viral di media sosial.

Potongan pernyataan Panglima Yudo itu menyebar di media sosial terutama di media sosial X yang dahulu bernama Twitter. Dalam pernyataan itu, Panglima Yudo memerintahkan prajurit melakukan tindakan kepada masyarakat yang menolak relokasi untuk pembangunan Proyek Strategis Nasional (PSN) Rempang Eco City.

“Enggak usah pakai alat, dipiting saja satu-satu. Tahu dipiting? Nah itu dipiting satu-satu,” kata Yudo dalam video potongan tersebut.

Potongan video tersebut langsung menuai polemik masyarakat yang menilai permintaan Panglima TNI Laksamana Yudo Margono merupakan bentuk intimidasi kepada masyarakat yang mempertahankan tanah tempat tinggalnya.

Baca Juga: Janji Kampanye Pilpres 2019 Jokowi Sertifikatkan Kampung Tua Pulau Rempang, Kini Warga Malah Diusir Keluar

Penjelasan Kepala Pusat Penerangan (Puspen) TNI

Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Laksamana Musa Julius Widjojono menjelaskan bahwa pernyataan Panglima TNI Laksamana Yudo Margono harus dilihat secara utuh sehingga tidak terjadi kesalahpahaman.

“Jika dilihat secara utuh dalam video tersebut, Panglima TNI sedang menjelaskan bahwa demo yang terjadi di Rempang sudah mengarah pada tindakan anarkisme yang dapat membahayakan, baik aparat maupun masyarakat itu sendiri, sehingga meminta agar masing-masing pihak untuk manahan diri,” kata Julius dalam keterangan tertulisnya, dikutip Pikiran-rakyat.com pada Senin 18 September 2023.

Menurutnya Julius, dalam potongan pernyataan tersebut, Panglima Yudo Margono justru melarang prajurit untuk menggunakan alat atau senjata dalam menyelesaikan konflik agraria Pulau Rempang.

“Panglima mengatakan, jangan memakai senjata, tapi turunkan personel untuk mengamankan demo itu,” jelas Julius.

Lebih jauh, Julius menyebut bahwa bahasa “memiting” merupakan bahasa untuk prajurit yang bermakna merangkul. Sehingga, arahan Panglima Yudo merupakan arahan untuk menangani konflik demonstrasi dengan cara humanis.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat