kievskiy.org

Cak Imin: Pemilu Paling Terbuka dan Demokratis Terjadi pada 1999, Setelahnya Rusak

Ketua Umum PKB sekaligus bakal cawapres dari Koalisi Perubahan, Muhaimin Iskandar alias Cak Imin.
Ketua Umum PKB sekaligus bakal cawapres dari Koalisi Perubahan, Muhaimin Iskandar alias Cak Imin. /Antara/Fauzan

PIKIRAN RAKYAT - Ketua Umum PKB sekaligus bakal calon wakil presiden dari Koalisi Perubahan, Muhaimin Iskandar atau Cak Imin, menekankan pentingnya kemandirian masyarakat dalam mengawal pemilu demokratis. Namun, seiring waktu, menurutnya, masyarakat cenderung pasif terkait itu.

Dalam pandangan Cak Imin, salah satu penyebab itu terjadi adalah maraknya praktik politik uang, terutama dalam pemilihan kepala daerah (pilkada). Sistem pemilihan langsung, menurutnya, telah merusak tatanan demokrasi.

"Kenapa pasif? Ya banyak faktor. Pasif dan merasa tidak terlibat itu sejak Pemilu Pilkada secara langsung," kata Cak Imin.

"Kenapa merusak tatanan? Karena Pilkada menghalalkan segala cara jadi politik uang merajalela, politik pemaksaan merajalela. Saya lupa tahun berapa pilkada mulai, sejak pilkada itulah rakyat mulai apatis, suara diukur dengan uang, yang menang rata-rata yang berduit, itu pilkada-pilkada ya, di seluruh Indonesia, jujur saja," ucap Cak Imin.

Baca Juga: Alasan Cak Imin Batal Berpasangan dengan Prabowo Subianto: Buminya Bagus tapi Langitnya Gelap

Menurut dia, pelaksanaan pemilu paling terbuka dan demokratis terjadi Pemilu 1999. Saat itu, seluruh civil society terlibat langsung dalam pengorganisiran.

"Nah, kali ini, pemilu sampai hari ini, betul-betul kemandirian itu harus dimiliki oleh masyarakat untuk mengontrol dan sayangnya dari pemilu ke pemilu. Masyarakat relatif mulai pasif," kata Cak Imin saat menghadiri acara forum komunikasi relawan Anies di Jalan Warung Buncit Raya, Pejaten, Jakarta Selatan, Sabtu, 23 September 2023.

Oleh sebab itu, saat ini, Cak Imin berkeyakinan bahwa uang menentukan keberhasilan calon. Sulit memenangi pilkada jika tak punya banyak modal.

"Kecuali ya beberapa satu dua yang memang mengakar betul, itu ada. Ada yang betul-betul faktor dorongan masyarakat, enggak lebih dari 10 pilkada yang bener-bener didorong, didukung, oleh masyarakat dengan berbagai pendekatan dan strategi," ucapnya.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat