kievskiy.org

Sianida yang Ditemukan di Tubuh Mirna Hanya 0,2 Mg, Jaksa: itu Berarti Racun yang Diberikan Sangat Banyak

JPU di kasus Jessica Wongso.
JPU di kasus Jessica Wongso. //YouTube CURHAT BANG Denny Sumargo /YouTube CURHAT BANG Denny Sumargo

PIKIRAN RAKYAT – Film dokumenter Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso memicu perdebatan publik tentang kasus kematian Wayan Mirna Salihin pada 2016 silam. Polisi menahan Jessica Wongso karena dituding meracun Mirna dengan Sianida.

Setelah film tersebut muncul, seorang ahli patologi forensik Djaja Surya Atmadja memberikan pembelaan pada Jessica Wongso. Dia menyatakan hasil autopsi Mirna Salihin yang menyatakan hanya ada 0,2 miligram (mg) kandungan Sianida tidak bisa menewaskan perempuan tersebut.

Pernyataan ini yang kemudian mendorong publik beropini bebas, dan mendesak pihak kejaksaan untuk mengungkap kasus yang telah alam berlalu. Masyarakat ingin tahu hasil penelusuran pihak jaksa karena menetapkan Jessica Wongso sebagai pelaku pembunuhan.

Shandy Handika, selaku Jaksa Penuntut Umum (JPU) yang terlibat dalam penuntutan Jessica Wongso akhirnya buka suara. Dia menyebut bahwa dengan adanya sisa kandungan sianida di tubuh Mirna, justru memperjelas bahwa racun yang diberikan kepada tubuh korban sangat banyak.

Baca Juga: Rekomendasi Night Cream yang Mengandung Retinol Agar Semakin Awet Muda

“Ada keterangan dari dokter Slamet Purnomo, intinya adalah rongga mulut dan kerongkongan Mirna itu korosif, lambungnya juga korosif, itu hasil autopsy,” ujar Shandy Handika.

“Dokter Slamet Purnomo juga mengatakan, saking banyaknya racun yang diminum, belum sampai bawah sudah afiksia, sudah kehabisan napas. Karena kalau kita lihat dari videonya, 2 menit setelah minum langsung kolaps,” katanya menambahkan.

Banyaknya racun yang masuk ke tubuh Mirna disebut bisa hilang karena adanya proses pembalsaman yang dilakukan setelah korban meninggal. Jika selang tiga hari masih ditemukan racun, Shandy menyebut bahwa racun yang ada di tubuh Mirna justru sangat banyak, dan bisa terurai.

“Saking banyaknya racun di situ, dia tidak bisa lagi bertahan. Itulah rangkaian-rangkaian yang membuat kami menilai bahwa ini tidak bisa berhenti di 0,2 mg, karena itu ditemukan 3 hari setelahnya,” tutur Shandy.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat