PIKIRAN RAKYAT – Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 bakal digelar secara serentak pada Rabu, 14 Februari 2024. Masyarakat akan memilih calon presiden (capres)-calon wakil presiden (cawapres), anggota DPR RI, DPD RI, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota.
Pemilu serentak ini pertama kali digelar pada 2019 lalu. Pemerintah menggabungkan Pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pemilihan Legislatif (Pileg).
Bukan tanpa alasan, Pemilu serentak dilakukan demi menguatkan sistem presidensial secara rancang bangun sistem ketatanegaraan yang kini dianut oleh UUD 1945 pasca-perubahan. Pemilu serentak juga bertujuan untuk menciptakan efisiensi dalam berbagai hal.
Pemilu serentak disebut bisa menghemat penggunaan uang negara untuk pembiayaan penyelenggaraannya. Uang yang sebelumnya harus keluar dua kali, bisa dihemat dan digunakan untuk memajukan kesejahteraan rakyat.
Baca Juga: Kenapa Pemilu Harus Diadakan Tiap 5 Tahun Sekali? Simak Alasannya
Efisiensi kedua yang dihemat adalah waktu. Pemilu serentak disebut bisa mengurangi pemborosan waktu dan mengurangi konflik atau gesekan horizontal di masyarakat, karena perbedaan calon yang diusung.
Pemilu yang diselenggarakan secara serentak diharapkan bisa menjadi sarana pendidikan politik bagi masyarakat. Pemerintah berharap masyarakat bisa menggunakan hak pilih dengan cerdas, dan ikut andil dalam membangun peta checks and balances dari pemerintahan presidensiil.
Problema Pemilu serentak
Kendati demikian, Pemilu serentak juga menimbukan kompleksitas permasalahan yang sangat tinggi. Salah satu permasalahan yang harus dihadapi pemerintah adalah soal proses pelaksanaannya.
Pemilu serentaj jika menimbulkan masalah terkait dengan penyelesaian sengketa pemilu pasca-rekapitulasi suara dilakukan. Oleh karena itu, pemerintah harus terus melakukan evaluasi dan pembenahan apabila ada kekurangan.