kievskiy.org

Sejarah Hizbullah di Bandung, Ikut Berdarah-darah Perjuangkan Kemerdekaan Indonesia

Ilustrasi. Kisah Hizbullah di Bandung.
Ilustrasi. Kisah Hizbullah di Bandung. /Repro buku Bandung Awal Revolusi 1945-1946 yang ditulis John R.W. Smail memuat foto Hizbullah bersumber dari IPPHOS.

PIKIRAN RAKYAT - Iring-iringan tentara Sekutu di Hotel Homman dan Preanger mulai bergerak ke arah Tuindorp dan Ciateul Kota Bandung. Mereka hendak membebaskan tawanan-tawanan Belanda pada 6 Desember 1945. Mereka bergerak dengan perlindungan tank panser dan beberapa truk.

Saat tiba di simpang 3 Jalan Cikawao, pekik takbir terdengar disertai serangan para pejuang yang menyerbu tank-tank itu. Persenjataan para pejuang itu begitu sederhana: bambu runcing, golok, pedang, bambu dan botol pembakar. Pertempuran sengit pun pecah.

"Perlawanan yang gigih dari pejuang-pejuang kita membuat Belanda kewalahan." Demikian peristiwa itu digambarkan dalam buku, Siliwangi Dari Masa Ke Masa. Para pejuang yang berani mengadang konvoi serdadu-serdadu Sekutu itu terdiri dari Sabilillah, Hizbullah, (pimpinan Husinsyah, Batalyon II Resimen 8 Sumarsono dan Batalyon Akhmad Wiranatakusumah serta barisan pasukan lainnya. Serangan hebat itu membuat Sekutu mengirimkan bantuan pesawat-pesawat pengebom B-25, pesawat pemburu F-51 Mustang serta pengintai.

Pertempuran yang berlangsung dari pukul 6.00 itu selesai pada pukul 18.00 WIB. Kawasan Lengkong dibom dan menyebabkan banyak korban jiwa. Palagan di Cikawao dan Lengkong Besar itu menjadi bukti kiprah dan pengorbanan Hizbullah dalam perjuangan kemerdekaan.

"Hizbullah mengalami kekalahan paling telak akibat menjalankan manuver terbuka, dengan bermodal keyakinan penuh pada jimat yang mereka kenakan, yang dianggap dapat membuat mereka kebal, untuk melawan pasukan Gurka yang memiliki senjata modern," tulis John R.W. Smail dalam bukunya, Bandung Awal Revolusi 1945-1946.

Baca Juga: Apa Itu Zionis? Simak Sejarah Singkat Gerakan Ultranasionalis Yahudi Mendirikan Negara Israel

Berawal dari kelompok semimiliter

Pasukan Sekutu yang bergerak itu memang memiliki satu kompi tambahan prajurit Gurka.
Smail mencatat, Hizbullah didirikan pada Desember 1944 sebagai kelompok semimiliter di bawah Masyumi.

Selama 9 bulan terakhir pendudukan Jepang, 50 ribu anggota Hizbullah memperoleh pelatihan militer dasar di Jawa. "Di Kota Bandung terdapat beberapa unit Hizbullah dengan dua unit paling penting. Yang pertama dipimpin Aminuddin Hamzah dan berlokasi di Cicadas di pinggir timur kota dan yang kedua dipimpin Husinsyah dan berlokasi di pinggir barat daya kota," tulis Smail. Dua unit tersebut merupakan bagian dari badan militer negara.

Smail menyebutkan, dua unit tersebut berupakan badan perjuangan yang sangat kental dengan nuansa Islam dengan anggotanya terutama berasal dari para santri. Selain itu, mereka memiliki ikatan erat dengan pemimpin Masyumi di Bandung. George McTurnan Kahin dalam bukunya, Nasionalisme & Revolusi Indonesia juga sempat menyinggung Hizbullah. Masyumi yang memperoleh dukungan kekuatan militer dari Hizbullah merupakan organisasi bersenjata yang terdiri atas pemuda-pemuda Muslim taat yang berusia antara 18-21 tahun.

"Selama hampir sepanjang tahun pertama berdirinya Republik Indonesia, Hizbullah berhasil mengumpulkan antara 20-25 ribu pemuda bersenjata yang kemudian diorganisasi ke dalam unit-unit batalion," tulis Kahin.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat