PIKIRAN RAKYAT - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyampaikan kewaspadaan terkait kejadian pneumonia misterius yang disebabkan oleh organisme mirip bakteri. Penyakit ini mulai merebak sejak Mei 2023 di China. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes, Imran Pambudi, mengimbau masyarakat untuk segera mengambil tindakan jika mengalami gejala Pneumonia Misterius.
"Jika mengalami batuk atau kesulitan bernapas, segera bawa ke pelayanan kesehatan terdekat agar dapat dilakukan tata laksana sesegera mungkin," ujar Imran Pambudi.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga telah mengeluarkan peringatan serius terkait lonjakan kasus pneumonia yang belum terdiagnosis pada anak-anak di China. Data yang dipublikasikan oleh ProMed pada 22 November 2023 mengungkapkan peningkatan kasus infeksi Mycoplasma pneumoniae sejak Mei 2023. Hampir 75 persen pasien didiagnosis dengan infeksi Mycoplasma, menunjukkan prevalensi yang signifikan.
Baca Juga: Cegah Penyebaran Mycoplasma Pneumonia, Kemenkes Perketat Pintu Masuk dan Awasi Fasyankes
Gejala Pneumonia Misteris
Gejala pneumonia misterius ini seringkali mirip dengan influenza, terutama menyerang anak-anak yang mungkin tidak merasakan sakit yang berarti. Beberapa gejala awal yang perlu diwaspadai antara lain:
- Demam
- Batuk
- Bronkitis
- Sakit tenggorokan
- Sakit kepala
- Nyeri dada atau tulang rusuk
- Sesak nafas dalam kasus yang parah
- Kelelahan
- Penurunan nafsu makan
Gejala ini dapat berlangsung dalam jangka waktu berbulan-bulan, dan jika tidak segera diatasi, kasusnya dapat memburuk menjadi pneumonia. Beberapa sekolah pun terpaksa meliburkan siswanya untuk mencegah penyebaran penyakit. Kemenkes terus memonitor perkembangan penyakit ini dan memberikan imbauan kepada masyarakat untuk tetap waspada.
Penyebab Pneumonia Misterius
Pihak Kementerian Kesehatan China telah memberikan klarifikasi mengenai kasus penyakit pneumonia yang terjadi di negara mereka. Mereka menegaskan bahwa penyakit ini bukan disebabkan oleh virus baru. Berdasarkan pernyataan dari WHO, penyebab utama pneumonia di China yang juga berkontribusi pada peningkatan jumlah pasien yang dirawat inap adalah Mycoplasma pneumoniae, suatu patogen bakteri umum yang umumnya menyerang anak-anak. Infeksi ini telah beredar sejak bulan Mei tahun lalu.
Selain itu, peningkatan kasus pneumonia sejak bulan Oktober disebabkan oleh infeksi RSV, adenovirus, dan influenza. Selain faktor infeksi, penyebab lainnya adalah musim dingin di belahan Utara, termasuk di China. Hal ini karena tahun ini merupakan musim dingin pertama di China setelah negara tersebut mencabut kebijakan nol COVID. Penyebab tersebut membentuk gambaran yang lebih komprehensif tentang faktor-faktor yang berkontribusi pada lonjakan kasus pneumonia di China.***