kievskiy.org

Capres Punya 3 Tantangan Besar untuk Entaskan Kemiskinan, Paling Krusial dan Harus Diatasi

Capres nomor urut satu Anies Baswedan (kanan), Capres nomor urut dua Prabowo Subianto (tengah) dan Capres nomor urut tiga Ganjar Pranowo (kiri) berpegangan tangan usai beradu gagasan dalam debat perdana Capres dan Cawapres 2024 di Gedung KPU, Jakarta pada Selasa, 12 Desember 2023.
Capres nomor urut satu Anies Baswedan (kanan), Capres nomor urut dua Prabowo Subianto (tengah) dan Capres nomor urut tiga Ganjar Pranowo (kiri) berpegangan tangan usai beradu gagasan dalam debat perdana Capres dan Cawapres 2024 di Gedung KPU, Jakarta pada Selasa, 12 Desember 2023. /Antara/Galih Pradipta

PIKIRAN RAKYAT – Tiga kandidat calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) berjanji akan mengentaskan kemiskinan jika terpilih di Pilpres 2024. Janji-janji yang disampaikan ketiga kandidat dinilai sebagian orang sangat muluk, bahkan sulit dilakukan.

Dosen prodi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas Maret (UNS) Bhimo Rizky Samudro menyatakan ada 3 tantangan besar bagi capres-cawapres yang terpilih untuk mengentaskan kemiskinan. Para capres-cawapres terpilih harus memperhatikan 3 tantangan ini agar janji-janji mereka terealisasi.

Adapun tantangan pertama adalah melihat karakteristik kemiskinan di tiap daerah. Hal itu sangat penting untuk menentukan program dan cara pengentasan kemiskinan yang tepat.

“Tantangan pengentasan kemiskinan ada 3, satu dia lebih ke arah bagaimana melihat sebenarnya kemiskinan di Indonesia itu, kemiskinan yang seperti apa, penyebabnya apa sih, sama gak tiap daerah?” kata Bhimo kepada Pikiran-Rakyat.com, 20 Desember 2023.

Baca Juga: Avanza-Xpander Siap-siap, Wuling Kepergok Daftarkan Low MPV Bertenaga Listrik!

“Tadi saya bilang kemiskinan bisa karena urbanisasi, pembangunannya yang terlalu tinggi bisa menyebabkan kemiskinan juga, atau kemiskinannya di Indonesia timur seperti apa, ini kan gak bisa digebyah-uyah (disamaratakan). Jadi dari karakteristik dan kualitasnya bagaimana mau treatment ini,” ujarnya menambahkan.

Tantangan kedua dalam mengentaskan kemiskinan di Indonesia adalah standarisasi kemiskinan. Jika standar kemiskinan sudah sama antara pemerintah pusat dan daerah maka sistem yang dibuat akan berkaitan dan tidak terputus dari pusat ke daerah.

“Nah kenapa saya ngomong data? Kalau standarnya sudah sama, berarti kan bisa dibuat data. Oh kalau kemiskinannya itu gak lebih dari 2,5 persen, misalnya juga pendapatannya minimal Rp1 juta, di bawah itu tergolong miskin. Ini yang standarnya dibuat sama, database mengikuti, jadi tidak ada kebocoran,” ucap Bhimo.

Sedangkan tantangan ketiga adalah pengawasan program agar tidak sampai salah sasaran. Jika program sudah bagus, maka harus diperhatikan proses penyalurannya hingga tepat sasaran, dan dirasakan langsung masyarakat.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat