kievskiy.org

Jubir TPN Ganjar-Mahfud: Indonesia Harus Kurangi Kebergantungan pada Alutsista Impor

Presiden Joko Widodo (tengah) bersama Menteri Pertahanan Prabowo Subianto (kiri) dan Direktur Utama PT Pindad Abraham Mose (kanan) meninjau alutsista saat melakukan kunjungan ke PT Pindad di Bandung, Jawa Barat, Selasa (19/9/2023). Dalam kunjungannya ke Bandung, Presiden Joko Widodo berkesempatan untuk meninjau fasilitas produksi alutsista milik PT Pindad yang merupakan salah satu bentuk atensi dan apresiasi presiden terhadap PT Pindad sebagai industri pertahanan dalam negeri.
Presiden Joko Widodo (tengah) bersama Menteri Pertahanan Prabowo Subianto (kiri) dan Direktur Utama PT Pindad Abraham Mose (kanan) meninjau alutsista saat melakukan kunjungan ke PT Pindad di Bandung, Jawa Barat, Selasa (19/9/2023). Dalam kunjungannya ke Bandung, Presiden Joko Widodo berkesempatan untuk meninjau fasilitas produksi alutsista milik PT Pindad yang merupakan salah satu bentuk atensi dan apresiasi presiden terhadap PT Pindad sebagai industri pertahanan dalam negeri. /ANTARA/RAISAN AL FARISI

PIKIRAN RAKYAT - Juru Bicara Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar Pranowo-Mahfud MD, Patria Gintings, mengkritisi mahalnya biaya pengadaan alutsista tidak jarang memunculkan pro dan kontra. Salah satunya pembelian alutsisa bekas atau hibah dari negara lain.

“Dua pertanyaan yang muncul selalu berkisar pada seberapa besar bebannya pada anggaran belanja negara, serta sejauh mana kelayakan pemakaiannya,” sebut Patria, Minggu, 7 Januari 2024.

Namun, Patria menegaskan, terlepas dari semua polemik, setiap alutsista yang didatangkan harus dipastikan berkualitas baik. Bahkan, jika memungkinkan, kata Patria, menggunakan teknologi militer terkini agar mampu menjawab tantangan zaman sekaligus menjadi pertanggungjawaban pemerintah terhadap penggunaan APBN yang didapat dari pajak.

"Hari ini, kita melihat industri alutsista di dalam negeri terus menggeliat. Indonesia mulai mampu memproduksi alutsista secara mandiri, sehingga seharusnya mengurangi kebergantungan terhadap alutsista impor,” tuturnya.

Meski belum terlalu signifikan, dia menilai, kebergantungan terhadap impor alutsista terus terkikis. Ditambah adanya alih teknologi serta kerjasama pengembangan dengan negara lain membuat masa depan industri alutsista dalam negeri cukup cerah. Di sisi lain, beban terhadap APBN pun dapat berkurang.

“Pertannyaan pentingnya sekarang bukan mau sekuat apa militer Indonesia, tetapi mau sekuat apa industri alutsista dalam negeri Indonesia nantinya?” katanya.

Denga demikian, Patria menggarisbawahi, militer yang kuat bukanlah yang memiliki kebergantungan pada alutsista impor. “Melainkan yang industri alutsista dalam negerinya mampu menjadi tulang punggung militernya sendiri,” ucapnya.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat