kievskiy.org

Ahok: Nawa Cita Bukan Ide Jokowi, Dia Cuma Petugas

Dua politikus PDI Perjuangan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok (kiri) dan Djarot Saiful Hidayat (kanan) berfoto bersama dalam acara Ahokers Bareng Ganjar di Rumah Aspirasi Relawan Ganjar-Mahfud, Jakarta, Minggu (4/2/2024). Relawan Ahokers resmi mendukung pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud MD pada Pilpres 2024.
Dua politikus PDI Perjuangan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok (kiri) dan Djarot Saiful Hidayat (kanan) berfoto bersama dalam acara Ahokers Bareng Ganjar di Rumah Aspirasi Relawan Ganjar-Mahfud, Jakarta, Minggu (4/2/2024). Relawan Ahokers resmi mendukung pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud MD pada Pilpres 2024. /Antara/Aprillio Akbar

PIKIRAN RAKYAT - Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mengungkapkan bahwa Nawa Cita bukan milik Presiden Joko Widodo (Jokowi). Menurutnya, Jokowi hanya ditugaskan melaksanakan Nawa Cita saat terpilih menjadi Presiden pada Pilpres 2014. Nawa Cita adalah program yang berisi 9 agenda prioritas pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla.

Awalnya, Ahok menjelaskan bahwa PDI Perjuangan (PDIP) yang dahulu bernama PDI, lahir dari hasil fusi atau penggabungan beberapa partai yaitu Partai Nasional Indonesia (PNI), Partai Kristen Indonesia, Partai Katolik, Partai Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia, dan Partai Musyawarah Rakyat Banyak (Murba).

Lalu, Ahok menyebut bahwa Presiden ke-1 RI, Sukarno, terlebih dulu melahirkan Gagasan Trisakti yang kemudian diterjemahkan ke dalam Nawa Cita. Artinya, kata dia, Nawa Cita bukan ide Jokowi.

“Mungkin sudah ada yang dengar Trisakti. Tisakti apa, sih? Berdauluat di bidang politik, mandiri di bidang ekonomi, berkepribadian dalam budaya. Itu diterjemahkan ke Nawa Cita. Jadi Nawa Cita itu bukan dari Pak Jokowi, beliau ditugaskan melaksanakan Nawa Cita,” kata Ahok di acara bertajuk Ahok is back, di Jakarta Selatan, Kamis, 8 Februari 2024.

Ahok mengakui dirinya kembali terjun ke politik dari meninggalkan jabatan Komisaris Utama Pertamina lantaran khawatir gagasan Nawa Cita tidak dilanjutkan. Dia menyebut yang paling paham Nawa Cita adalah calon presiden nomor urut 3, Ganjar Pranowo.

“Saya khawatir Nawa Cita berhenti, yang paling paham Nawa Cita itu Pak Ganjar. Mbak Puan saja dianggap kurang, ya (kalau pakai) kualitas meritokrasi, (pilih) yang terbaik dong,” tutur Ahok.

Hal itu pula yang membuat Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri memilih Ganjar Pranowo untuk menjadi capres dari PDIP. Meritokrasi adalah sistem yang menitikberatkan pada kualitas dan kecakapan seseorang dalam sebuah bidang.

“Satu hal yang saya tau persis Pak Ganjar itu adalah kader dari PDI Perjuangan yang lebih lama daripada saya, dia dilatih dari kecil. Kenapa saya bilang PDIP melatih kader? PDIP itu menganut sistem simpatisan masuk jadi kader, anggota, lalu sekolah. Kenapa mesti sekolah? Supaya paham ideologi partai. Supaya ngerti kaderisasi, apa itu kaderisasi, meritrokasi,” tutur Ahok.

Penerapan meritrokasi di PDIP, lanjut Ahok, sudah terbukti ketika 2014 Megawati mendapatkan mandar dari kongres partai untuk mencalonkan diri sebagai calon presiden. Namun, Putri Proklamator tersebut justru memberikan mandat kepada Jokowi untuk mengikuti kontestasi politik 2014.

“Kita mau nya best of the best. Buktinya apa? 2014 kongres memberikan kuasa penuh pada seorang Megawati menjadi presiden, tapi bu Megawati mencalonkan siapa? Karena kader terbaik PDIP saat itu adalah namannya Pak Jokowi, (dia) yang dicalonkan,” kata Ahok.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat