kievskiy.org

Dugaan Kecurangan pada Pemilu 2024 Disebut 'Lebih Parah' tapi Bawaslu Lamban Bertindak

Ilustrasi bilik suara di TPS Pemilu 2024.
Ilustrasi bilik suara di TPS Pemilu 2024. /ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin. ANTARA FOTO

PIKIRAN RAKYAT - Lembaga pemantau pemilu Democracy and Electoral Empowerment Partnership (DEEP) Indonesia menyebut, dugaan kecurangan dan pelanggaran yang terjadi pada Pemilu 2024 "lebih parah" ketimbang pemilu sebelumnya.

Sebab selain karena indikasinya terjadi di banyak provinsi, tak ada gerak cepat yang dilakukan Bawaslu sebagai pengawas. Padahal, insiden kecurangan atau pelanggaran pemilu akan berdampak pada kepercayaan publik atas pelaksanaan pemilu.

"Ini berkaitan dengan trust (kepercayaan) publik kepada penyelenggara pemilu makin terkikis," kata Direktur DEEP Indonesia, Neni Nur Hayati.

Salah satu permasalahan yang kembali terulang pada Pemilu 2024 adalah terkait dengan logistik. Hal itu berdasarkan pantauan DEEP Indonesia di tujuh provinsi antara lain Jawa Barat, Papua Barat Daya, Jawa Timur, Sumatra Utara, Sulawesi Selatan, Gorontalo, dan Lampung.

Surat Suara Sudah Dicoblos

Dugaan kecurangan berupa surat suara yang sudah tercoblos menjadi temuan terbanyak ketiga oleh DEEP Indonesia. Kasus surat suara telah dicoblos terjadi di delapan TPS, salah satunya di TPS 17, Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut.

Video berdurasi dua menit yang viral di media sosial tersebut memperlihatkan banyak surat suara Pilpres 2024 sudah ditusuk. Informasi yang diperoleh DEEP Indonesia, surat suara yang tercoblos itu berjumlah 24 yang terdiri dari 7 surat suara untuk nomor urut 02 dan 17 surat untuk nomor 03.

Neni Nur Hayati pun menyakini kasus serupa terjadi di wilayah lain. Dari hasil investigasinya di Kabupaten Garut, Jawa Barat, surat suara yang telah dicoblos itu ketahuan ketika petugas KPPS sedang mendistribusikan surat suara, kotak suara, dan lainnya.

Dia juga mendapat kabar bahwa 'ada dugaan transaksional' dalam insiden ini yang dilakukan penyelenggara negara di tingkat atas untuk memenangkan salah satu calon. Dia juga berkata, meski saat ini baru terlapor delapan kasus, tetapi peristiwa kecurangannya tak bisa dianggap kecil.

"Ini kejadian luar biasa dan menjadi preseden buruk di Pemilu 2024," ucap Neni Nur Hayati.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat