kievskiy.org

Mungkinkah Indonesia Bernasib Sama dengan Filipina Jika Prabowo-Gibran Menang?

Kolase Ferdinand
Kolase Ferdinand /Reuters/Eloisa Lopez, Antara/Galih Pradipta, dan Pixabay/Mohamed_hassan

PIKIRAN RAKYAT - Perkawinan dua 'dinasti' yang diwakili Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka dinilai mirip dengan penyatuan dua dinasti di Filipina. Di sana, Presiden Ferdinand "Bongbong" Marcos Jr berkongsi politik dengan Sara Duterte, anak eks presiden Rodrigo Duterte.

Sara Duterte kemudian menjadi wakil dari Bongbong Marcos. Bagaimana pola seperti ini bisa lentur dan bertahan, ketika situasi dan kepentingan politik mulai berubah?

Pengamat menyebutkan, tidak menutup kemungkinan koalisi Prabowo-Gibran akan 'pecah kongsi' seperti apa yang dialami Bongbong Marcos dan Sara Duterte.

Pengamat melihat, kerentanan kerja sama politik Prabowo-Jokowi mengingatkan 'perkawinan dua dinasti' di Filipina antara Bongbong Marcos dan Sara Duterte yang kini retak dan di ambang perpecahan. Situasi politik yang berubah, yakni ketika Jokowi tak lagi berkuasa, akan menjadi batu sandungan koalisi dua dinasti ini nantinya.

Apakah Perpecahan Serupa Dapat Terjadi pada Prabowo-Gibran?

Sejumlah pihak khawatir kejadian serupa dapat menimpa Jokowi dan Gibran Rakabuming Raka. Pasalnya, beberapa pakar memperingatkan bahwa Prabowo Subianto juga tidak pernah berubah, walau dalam masa kampanye terakhir dia mengemas diri dengan citra "gemoy".

"Dorongannya, nalurinya, adalah menjadi xenofobia, menjadi pemimpin otoriter. Saya khawatir dia tidak berubah. Karakternya tidak berubah," kata peneliti Human Rights Watch, Andreas Harsono.

Sejumlah pengamat pun curiga Prabowo Subianto hanya memanfaatkan popularitas Jokowi untuk dapat memenuhi ambisinya menjadi presiden yang sudah tertunda bertahun-tahun. Ketika sudah berkuasa, dia mungkin saja menganggap Jokowi tak lagi penting, kemudian malah menjalankan agendanya sendiri.

"Dalam masa pemerintahan yang berjalan lima tahun, kemungkinan atau peluang itu bisa saja terjadi, apalagi kalau ada realisasi komitmen yang tidak sesuai kesepakatan mereka," tutur dosen pemilu Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Titi Anggraini.

Dia menggarisbawahi bahwa Prabowo Subianto juga merupakan ketua umum Gerindra, entitas yang tentu punya kepentingan sendiri.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat