PIKIRAN RAKYAT – Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI Jusuf Kalla (JK) membeberkan besaran utang yang membebani Indonesia saat ini. Utang dengan jumlah yang fantastis ini bahkan belum termasuk bunga yang semakin memberatkan keuangan negara.
“Kita menghadapi tangangan. Kita banyak utang lebih (dari) Rp8.000 triliun, utang BUMN kurang lebih Rp3.000-4.000 triliun, jadi Rp11.000-23.000 triliun. Belum bunganya, belum cicilannya," kata JK saat menghadiri diskusi publik berjudul “Konsolidasi untuk Demokrasi Pasca Pemilu 2024: Oposisi atau Koalisi?” di Universitas Indonesia.
Beban tersebut juga belum termasuk program bantuan di berbagai bidang yang disalurkan pemerintah bagi masyarakat kelas bawah. JK lalu menyinggung program makan siang gratis milik Prabowo-Gibran yang bisa memicu pelebaran defisit anggaran.
“Mana lagi subsidi BBM, subsidi listrik, belum lagi bansos yang Rp500 triliun, belum lagi makan siang Rp400 triliun, belum lagi untuk pendidikan 20 persen. Kalau ditotal ini bisa Rp4.000 triliun, pendapatan negara cuma 2.800 triliun, jadi kita defisit,” ujarnya.
Ujung-ujungnya, kata JK, beban tersebut harus ditanggung oleh rakyat, tak terkecuali rakyat kecil.
“Siapa yang bayar itu? Kita semua. Kalau tidak diselesaikan, bagaimana menghadapinya?” kata JK.
Mantan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Indonesia (Menko Kesra) ini khawatir desifit jangka panjang akan merugikan pertumbuhan dan stabilitas ekonomi negara.
“Kalau dia kacau pemerintahan yang akan datang, maka semua akan kena, semua akan sulit. Sehebat apa pun, mesti berani dan tegas,” ujar Jusuf Kalla.
Pemilu 2024 yang Terburuk
Di mata Jusuf Kalla, Pemilu 2024 adalah pemilu terburuk yang pernah terjadi selama puluhan tahun terakhir. Dalam pesta demokrasi tahun ini, JK melihat orang-orang dalam pemerintahan dan orang-orang yang memiliki uang campur tangan di dalamnya.