kievskiy.org

Rohingya di Indonesia: Sentimen Negatif dan Gelombang Penolakan Masih Besar, Hoaks dan Disinformasi Jadi Sebab

Sejumlah imigran etnis Rohingya berada di atas mobil truk usai dievakuasi ke daratan di Pelabuhan Jetty Meulaboh, Aceh Barat, Aceh.
Sejumlah imigran etnis Rohingya berada di atas mobil truk usai dievakuasi ke daratan di Pelabuhan Jetty Meulaboh, Aceh Barat, Aceh. /Antara/Syifa Yulinnas

PIKIRAN RAKYAT - Sebanyak 69 pengungsi Rohingya berhasil dievakuasi dari kapal yang terbalik di perairan Aceh Barat pada Kamis 21 Maret 2024. Namun, mereka ditolak warga kala mencapai daratan.

Ketua Perkumpulan Suaka Indonesia, Atika Yuanita Paraswaty mengatakan bahwa sentimen negatif terhadap pengungsi Rohingya masih cukup kuat di kalangan masyarakat. Terutama, dengan banyaknya berita hoaks dan disinformasi seputar para pengungsi.

“Mereka perlu pendampingan, itu yang pasti. Itu jadi kekhawatiran kami juga, terkait dengan penolakan warga. Itu sudah tidak bisa dilepaskan lagi dari kondisi saat ini. Dengan bergejolak berita-berita negatif,” tutur Atika Yuanita Paraswaty.

Menurut catatan badan PBB yang menangani pengungsi UNHCR sampai dengan awal Januari 2024, jumlah pengungsi yang berada di Aceh sudah mencapai 1.800 jiwa, termasuk 140 orang yang bertahan dalam kurun waktu satu tahun.

Akan tetapi, gelombang kedatangan orang Rohingya ke Aceh diwarnai sentimen negatif warganet Indonesia. Bahkan, narasi kebencian dan hoaks soal Rohingya marak beredar di media sosial.

Penolakan Satu Kampung terhadap Pengungsi Rohingya

Wakapolres Aceh Barat, Iswahyudi mengatakan bahwa warga setempat di jalan menuju Desa Beureugang, Kecamatan Kaway XVI, membarikade akses jalan bagi truk berisi pengungsi Rohingya yang diselamatkan dari kapal yang terbalik. Dalam video yang dibagikan, warga setempat berkerumun mendekati truk tersebut membawa tongkat kayu dan berteriak sambil menunjuk ke arah pengungsi.

Pada akhirnya, truk tersebut terpaksa mundur dan berbalik arah. Ketika itu terjadi, para warga kampung itu terdengar bersorak sorai.

“Akhirnya terjadi penolakan dari warga, turun semua masyarakat, ibu-ibu, orang laki, dewasa dan sebagainya," ucap Iswahyudi.

“Daripada timbul masyarakat yang kita tidak inginkan, sementara suasana juga masih suasana Ramadan jadi atas persetujuan Pak Bupati, mereka diarahkan ke Gedung PMI,” tuturnya menambahkan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat