kievskiy.org

Demokrasi Suram, Rakyat Ingin Ada Oposisi Kuat dan Ratu Adil

Pedagang mendorong gerobak berisi buah melintas di depan sejumlah bendera partai politik nasional yang dipasang di jembatan Pantee Pirak, Kota Banda Aceh, Sabtu (23/3/2019).
Pedagang mendorong gerobak berisi buah melintas di depan sejumlah bendera partai politik nasional yang dipasang di jembatan Pantee Pirak, Kota Banda Aceh, Sabtu (23/3/2019). /ANTARA/Ampelsa

PIKIRAN RAKYAT – Merapatnya partai-partai pengusung Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar ke kubu Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka menimbulkan berbagai kekhawatiran di masyarakat. Sejauh ini Partai NasDem dan PKB sudah mengisyaratkan dukungan mereka untuk kubu 02.

Sementara itu, PDI Perjuangan yang sempat becokol lama di pemerintahan dan mengusung Presiden Joko Widodo (Jokowi) merasa dikhianati. Jokowi dan keluarganya seolah berubah haluan saat Gibran Rakabuming Raka resmi mendampingi Prabowo Subianto sebagai cawapres.

Meski arah dukungan PDIP belum bisa ditebak saat ini, tapi banyak yang berharap partai berlogo kepala banteng itu bisa jadi oposisi. Mengingat sejarah panjang PDIP yang pernah 10 tahun menjadi oposisi yang baik di era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Sedangkan partai-partai yang tak sekubu dengan Prabowo-Gibran belum menampakkan diri dan belum menentukan arah mereka. Dikhawatirkan banyak partai yang justru merapat ke pemerintahan, dan akan mencederai demokrasi Indonesia.

Baca Juga: Prabowo Pastikan Tak Bakal Buang Waktu saat Masa Transisi Pemerintahan dari Jokowi

Tanpa adanya partai oposisi, pemerintah tidak bisa check and balances terkait kebijakan-kebijakan yang dibuat. Bahkan risiko menguatnya Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) bisa makin besar.

Beberapa orang memimpikan lahirnya oposisi di tengah suramnya demokrasi pascapemilihan umum 2024 ini. Partai oposisi yang getol memantau kinerja dan aturan pemerintah merupakan partai masa depan yang dinantikan masyarakat.

“Saya mengharapkan bahwa partai-partai ada yang brilian. Ada yang mampu berani untuk mengambil posisi oposan menjadi oposisi dalam kaitannya dengan kepemimpinan yang baru ini,” tutur A.B. Widyanta selaku dosen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada (UGM) kepada Pikiran-Rakyat.com.

Abe, sapaan akrab A.B. Widyanta, tak mau munafik dan berharap ada partai oposisi yang benar-benar berperan sebagai oposisi saat ini. Menurutnya, perlu ada pemantik agar masyarakat dan partai politik lain di luar pemerintahan bisa berperan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat