kievskiy.org

Indonesia Terasa Panas Beberapa Hari Terakhir, BMKG Jelaskan Penyebabnya

Ilustrasi cuaca panas di Indonesia.
Ilustrasi cuaca panas di Indonesia. /Antara/Fauzan

PIKIRAN RAKYAT - Indonesia terasa panas dalam beberapa waktu terakhir. Menjelang akhir April lalu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pun mencatat adanya suhu udara maksimum di atas 36,5 derajat celcius yang melanda sejumlah wilayah di Tanah Air.

“Pada tanggal 21 April di Medan, Sumut mencapai suhu maksimum 37.0°C, Saumlaki, Maluku mencapai suhu maksimum sebesar 37.8°C serta pada tanggal 23 April di Palu, Sulteng mencapai 36.8°C,” kata akun X @infohumasBMKG, dikutip pada Kamis, 2 Mei 2024.

Terkait dengan fenomena suhu panas di Tanah Air itu, Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan bahwa hal tersebut berkaitan dengan gerak semu Matahari.

“Hal tersebut terjadi karena posisi semu matahari pada bulan April berada dekat sekitar khatulistiwa dan menyebabkan suhu udara di sebagian wilayah Indonesia menjadi relatif cukup terik saat siang hari,” ujarnya.

Ia menjelaskan lebih lanjut bahwa fenomena suhu panas itu bukan merupakan heat wave atau gelombang panas.

"Bukan merupakan heat wave karena memiliki karakteristik fenomena yang berbeda, di mana hanya dipicu oleh faktor pemanasan permukaan sebagai dampak dari siklus gerak semu matahari sehingga dapat terjadi berulang dalam setiap tahun," ucapnya. 

Peralihan Musim

Kapus Meteorologi Publik Andri Ramdhani menjelaskan bahwa April lalu merupakan masa peralihan musim di sebagian besar wilayah Indonesia, yakni dari musim hujan ke kemarau.

Oleh karena itu, ia meminta masyarakat untuk lebih waspada dan antisipasi terhadap potensi cuaca ekstrem. Ia pun menyinggung soal udara yang terasa panas dan terik.

“Salah satu ciri masa peralihan musim adalah pola hujan yang biasa terjadi pada sore hingga menjelang malam hari dengan didahului oleh adanya udara hangat dan terik pada pagi hingga siang hari,” tuturnya.

“Hal ini terjadi karena radiasi matahari yang diterima pada pagi hingga siang hari cukup besar dan memicu proses konveksi (pengangkatan massa udara) dari permukaan bumi ke atmosfer sehingga memicu terbentuknya awan,” katanya.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat