kievskiy.org

Lekuk Liku Implementasi Teknologi Nontunai Nirsentuh MLFF di Jalan Tol

Sejumlah kendaraan melintasi Gerbang Tol Cikampek Utama I beberapa waktu lalu. Pengelola jalan tol memberlakukan diskon tarif tol pada arus mudik dan balik Lebaran 2024.
Sejumlah kendaraan melintasi Gerbang Tol Cikampek Utama I beberapa waktu lalu. Pengelola jalan tol memberlakukan diskon tarif tol pada arus mudik dan balik Lebaran 2024. /Pikiran Rakyat/Hilmi Abdul Halim

PIKIRAN RAKYAT - Sistem transaksi jalan tol nontunai nirsentuh tanpa kartu atau Multi Lane Free Flow (MLFF) direncanakan segera diterapkan di sejumlah ruas jalan tol di Indonesia. Hal ini seiring keputusan pemerintah yang menjadikan MLFF sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN) dan ditargetkan rampung pada 2029 mendatang.

Secara sederhana sistem pembayaran MLFF hampir sama dengan e-toll, yakni pembayaran secara nontunai atau cashless. Namun, yang membedakan sistem MLFF dengan sistem e-toll adalah pada cara pembayarannya, di mana dengan sistem MLFF pengemudi tidak perlu berhenti di pintu tol untuk melakukan transaksi.

MLFF mengandalkan teknologi satelit Global Navigation Stellite System (GNSS) di mana pergerakan kendaraan saat melewati tol akan dideteksi dengan teknologi tersebut. Pengguna hanya perlu mengaktivasi aplikasi Cantas sebelum memasuki jalan tol. Secara otomatis, aplikasi akan mengalkulasi tarif berdasarkan proses map matching atau posisi keluar masuk tol, dan saldo akan terpotong otomatis.

Penerapan teknologi tersebut merupakan bentuk inovasi dan transformasi digital di jalan tol dengan konsep Intelligent Toll Road System (ITRS) yang mengacu pada Teknologi Toll Road 4.0. Ketika sistem teknologi MLFF diterapkan, pengguna jalan tol yang tidak membayar tol akibat kesalahan sang pengguna, maka akan dikenakan denda administratif secara bertingkat.

Guru Besar Rekayasa Transportasi Institut Teknologi Bandung (ITB) Prof Ade Sjafruddin mengatakan, jalan panjang menerapkan rencana MLFF di Tanah Air cukup berliku. Ada cukup banyak pekerjaan rumah yang harus benar-benar diyakini betul keabsahannya dari pemerintah, sebelum rencana tersebut diimplementasikan.

“Masih banyak pertanyaan besar yang harus dijawab. Apakah teknologi ini sudah dikaji dan dikomparasi dengan teknologi lain, apakah benchmark terhadap negara-negara yang sudah melaksanakan teknologi itu sudah dilakukan?” kata Ade, ketika dihubungi Pikiran Rakyat, Senin, 27 Mei 2024.

Pertanyaan besar lain, dilanjutkan dia, bagaimana kesiapan sistem aplikasi yang akan digunakan, koneksi internet, serta kesiapan masyarakat pengguna jalan tol yang akan menjadi sasaran? Yang tak kalah penting, yakni mengenai kesiapan database kendaraan bermotor di Indonesia.

“Apakah database sudah benar sebelum sistem ini diujicobakan, bagaimana dengan pemilik kendaraan yang berbeda dengan pengemudinya? Bagaimana penegakannya ketika ada yang melanggar, kesiapan penindaknya juga bagaimana? Buat saya, hal-hal seperti itu masih samar, sehingga sepertinya masih jauh pengimplementasiannya,” tutur Ade.

Lebih lanjut, Ade mengatakan bahwa sebenarnya secara garis besar, tujuan dari penggunaan teknologi ini bagus adanya, karena akan menghemat waktu dibandingkan dengan tap kartu seperti yang selama ini digunakan. Dengan demikian, fasilitas gerbang tol menjadi lebih lancar karena jumlah detik yang dibutuhkan untuk transaksi lebih pendek.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat