kievskiy.org

Enam Pemain Terlibat Pengaturan Skor IBL, Lima di Antaranya Berasal dari Satu Klub

Ilustrasi rupiah.
Ilustrasi rupiah. /Pixabay/Mohamad Trilaksono

PIKIRAN RAKYAT - Pengaturan skor kembali terjadi di kompetisi bola basket Indonesia. Setelah pertama kali terjadi pada 2017, kasus pengaturan skor kembali terkuak pada IBL (Indonesia Basketball League) musim 2021.
 
Berdasarkan hasil penelusuran dan bukti-bukti yang di­kumpulkan tim investigasi IBL yang di dalamnya juga ada wakil dari Komisi Etik Perbasi juga enam pemain yang dinilai terlibat pengaturan skor.
 
Lima orang berasal dari klub Pasific Caesar yaitu Aga Siedartha, Arisanda, Gabriel Sen­duk, Yoseph Wijaya, dan Aziz Wardhana. Satu orang dari klub Bali United Basketball, Yerikho Tuasela.
 
Hal tersebut disampaikan Direktur Utama IBL, Junas Miradiarsyah, dalam jumpa pers secara daring, Rabu 29 Desember 2021.
 
 
 
Dia telah menghubungi klub, serta masing-masing personel yang terlibat. Sanksi pun telah dijatuhkan baik dari IBL selaku operator kompetisi maupun PP Perbasi sebagai induk cabang olahraga.
 
"Sesuai aturan IBL, jika terjadi hal seperti itu maka pemain, yang terlibat langsung maupun tidak, dia inisiator atau hanya ikut-ikutan, semua dinilai terlibat. Hingga me­reka dikenai pasal yang sama, yakni larangan bermain se­umur hidup di lingkup IBL dan denda sebesar Rp100 juta," katanya.
 
Terkait alasan IBL yang baru menyampaikan kasus saat ini, Junas menilai karena hal itu bersifat sensitif. Di satu sisi, dia ingin menjaga marwah bola basket Indonesia. Jangan sampai ada anggapan kondisi bola basket di tanah air tidak baik. 
 
 
Disisi lain, pengungkapan itu dinilainya sebagai bagian dari efek jera bagi para pemain agar  kasus seperti ini tidak terjadi lagi pada masa yang akan datang.
 
Junas menjelaskan, pengaturan skor merupakan inisiatif pribadi para pemain. Dia menegaskan, tidak ada keterlibatan klub-klub tempat pemain itu bernaung dalam kasus tersebut. Untuk motifnya beragam, mulai dari masalah ke­uangan hingga hal personal.
 
"Jadi ini prosesnya berawal dari laporan klub (Pasific Caesar) ke IBL. Klub mencurigai ada pertanding-pertan­ding­an yang secara sengaja oleh pemain tersebut direncanakan untuk ‘bermain’. Informasinya, ada seorang pemain yang akan melakukan pengaturan skor dan mengajak pemain-pemainnya. Lalu kita tindak lanjuti laporannya tersebut," katanya.
 
Setelah adanya laporan, IBL melakukan pengecekan melihat dari beberapa hal, seperti statistik pemain.
 
Dia juga melihat pertandingan para pemain yang bersang­kutan pada musim lalu. Setelah itu memang ditemukan adanya pengaturan skor.
 
Indisipliner
 
Sementara itu, Ketua Badan Etik dan Hukum Perbasi Charles Bronson Siringoringo menyatakan, apa yang dila­ku­kan enam pemain itu masuk dalam tindakan indisip­liner. 
 
Mereka dihukum tidak dapat mengikuti kegi­atan bas­ket di seluruh Indonesia baik sebagai pemain, pelatih, maupun ofisial tim mereka. Juga dilarang membuka kegiat­an dan atau kepelatihan bola basket di seluruh Indonesia.
 
"Jadi ada bandar yang memasang judi daring, kemudian menghubungi runner. Runner yang kemudian berkomunikasi dengan pemain Pasific. Pesanannya untuk bisa kalah dengan tim tertentu dengan jumlah selisih bola tertentu, sesuai permintaan dari bandar," ujar Charles.
 
Sementara itu, Perwakilan Pasific Caesar Irsan Pribadi mengatakan, sejak awal musim pihaknya sudah menaruh kecurigaan terhadap beberapa pemain.
 
Dia langsung melaporkan hal itu kepada IBL dan mendapat respons positif. Dari info yang didapat ada lima sampai enam gim yang "dimainkan".
 
"Selama pertandingan reguler di bubble, kami rutin berkoordinasi hingga mendapatkan bukti yang cukup dan pengakuan dari semua pemain. Kami mempertegas bila semua pemain bertindak atas inisitif mereka, tidak ada pihak lain di klub yang terlibat dalam pengaturan skor ini. Ini kepentingan individu murni. Namun, kami masih kesulitan membuktikan secara spesifik pertandingan dengan tim mana saja, yang pasti laga pada awal musim lalu," tuturnya.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat