kievskiy.org

Benarkah COVID-19 Jadi Percepat Transisi ke Era Mobil Listrik?

Ilustrasi mobil listrik.
Ilustrasi mobil listrik. /Pixabay/andreas160578

PIKIRAN RAKYAT - Virus corona memang memukul jatuh berbagai sektor tak terkecuali bisnis otomotif yang mengalami penurunan hingga 79 persen di Tiongkok.

Selain di Tiongkok, penyusutan drastis juga terjadi di pasar Eropa seperti Inggris, Italia hingga Spanyol.

Meskipun terpukul akibat pandemi virus corona ada secercah optimisme yang tumbuh di bisnis otomotif.

Baca Juga: Memilih Antara Apply Kartu Kredit atau Pinjaman Uang Online di Tengah Pandemi Corona

Hal tersebut adalah keinginan memiliki kendaraan pribadi demi meminimalisir kontak dengan orang lain, salah satunya adalah mobil listrik, menurut ekonom ING, Joanna Konings.

"Permintaan untuk memiliki mobil meningkat selama krisis COVID-19 sejauh ini. Kami tidak melihat hal itu dalam hal penjualan mobil, tetapi kami melihatnya dalam hal upaya konsumen mencari kendaraan juga menurut survei," kata Konings dilansir Reuters, Jumat 21 Mei 2020.

"Pandemik menyebabkan ketakutan atas risiko infeksi yang membuat konsumen menghindari transportasi umum dan pada akhirnya meningkatkan permintaan mobil," tambahnya dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Reuters via Antara.

Baca Juga: Sebagai Bentuk Apresiasi, Suzuki akan Bagikan Voucher Service Gratis bagi Tenaga Medis COVID-19

Jika memang permintaan mobil meningkat, para pembuat mobil dapat mengambil peluang untuk mempercepat peluncuran atau sekedar mengenalkan kembali mobil listrik, sebagai langkah lanjutan atas pengembangan yang sudah mereka jalankan sejak sebelum COVID-19 menyebar.

Ia berpendapat, harga minyak dunia yang turun tidak akan banyak mempengaruhi penjualan mobil konvensional. Sebaliknya, permintaan mobil listrik dapat bersaing tanpa dipengaruhi harga minyak.

Selain itu, ia mengatakan bahwa pembuat kebijakan dapat memaksimalkan upaya jarak sosial dengan mendorong percepatan penggunaan kendaraan listrik.

Sayangnya, upaya itu sulit dilakukan karena otomotif merupakan industri paling kompleks di dunia, karena melibatkan 10.000 pemasok dalam rantai pasok kendaraan. Maka tak heran, industri itu salah satu yang paling terdampak selama pandemik.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat