kievskiy.org

Unisba Siapkan Prodi S1 Perbankan Syariah dan S3 Ilmu Komunikasi

REKTOR Unisba Edi Setiadi memaparkan materinya, saat menjadi pembicara pada Seminar Penelitian Civitas Akademika (Spesia) Unisba 2019, di Aula Unisba, Jalan Tamansari, Kota Bandung, Kamis 31 Januari 2019/ADE BAYU INDRA/PR
REKTOR Unisba Edi Setiadi memaparkan materinya, saat menjadi pembicara pada Seminar Penelitian Civitas Akademika (Spesia) Unisba 2019, di Aula Unisba, Jalan Tamansari, Kota Bandung, Kamis 31 Januari 2019/ADE BAYU INDRA/PR

BANDUNG, (PR).- Universitas Islam Bandung (Unisba) merancang dua program studi baru. Kedua prodi baru itu ialah S1 Perbankan Syariah dan S3 Ilmu Komunikasi.

Rektor Unisba Edi Setiadi mengatakan, prodi baru itu masih dalam proses melengkapi dokumen legalnya. "Kalau dokumen ini bisa selesai minggu-minggu ini, tahun akademik ini bisa dibuka," katanya saat ditemui di Aula Unisba, Kamis 31 Januari 2019.

Ia mengatakan, prodi S1 Perbankan Syariah ini melengkapi prodi Ekonomi Syariah dan Hukum Ekonomi Syariah yang saat ini sudah ada. 

Edi mengatakan, proses pembuakaan dua prodi baru ini telah dimulai sejak setahun silam. Ia mengaku, perlu waktu untuk melengkapi persyaratan sesuai regulasi yang ada. Waktu yang cukup lama ini dikhawatirkan tak bisa mengejar kebutuhan masyarakat.

"Tapi kami ada cara, perbaikan kurikulum paling lama dua tahun. Tidak boleh lebih," ujarnya.

Upaya itu untuk menjaga supaya ilmu yang diajarkan saat ini terus bisa mengikuti perkembangan dan kebutuhan masyarakat. 

Menjawab era disrupsi

Menurut Edi, era disrupsi teknologi mengagetkan banyak kalangan. Tak hanya industri, perguruan tinggi pun mengalami kekagetan serupa. 

Banyak perguruan tinggi menjawab tantangan zaman ini dengan berlomba-lomba membuka prodi baru. Prodi baru yang dianggap mampu menghadapi tantangan jaman.

Edi mengatakan, pembuatan prodi baru harus tetap mematuhi regulasi yang ditetapkan pemerintah. Tidak jarang prosesnya perlu waktu lebih dari satu tahun. Situasi itu, tak boleh menghalangi lahirnya inovasi.

"Keunggulan kita pada kemampuan inovasi. Apapun tantangannya, sebagai inovator harus bisa menghadapi tantangan zaman," kata Edi.

Inovasi itu bisa dikembangkan lewat berbagai kegiatan riset penelitian. Hasil-hasil penelitian itu diharapkan bisa menjadi solusi di era disrupsi teknologi.

Edi mengatakan, disrupsi teknologi telah menghilangkan beberapa profesi. Hasil riset menunjukkan, negara-negara seperti Jerman, Jepang, dan Korea Selatan telah kehilangan profesi dengan rentang 15-30 persen. "Di Indonesia belum ada penelitiannya," ujarnya.

Ia mengatakan, prodi baru bisa jadi tak bisa cepat berjalan, tapi penelitian tetap bisa dilakukan. Setiap program studi yang ada bisa melakukan riset-riset yang dibutuhkan saat ini.

Edi mengatakan, SPeSIA menjadi wadah bagi mahasiswa dan dosen berinovasi lewat riset. "Harus ada inovasi baru dalam pengajaran dan penelitian. Kaidah penelitian harus dipegang," tuturnya.

Karya ilmiah ini tak hanya dipresentasikan tetapi disebarluaskan kepada masyarakat lewat prosiding cetak dan online. Harapannya, hasil penelitian bisa diakses dan dimanfaatkan masyarakat.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat