kievskiy.org

Membangun Kualitas Pendidikan, Mewujudkan Cita-cita Bapak Pendidikan Ki Hajar Dewantara

Situasi pembelajaran aktif yang di SDN 61 Talang Babat, Provinsi Jambi. Siswa belajar secara berkelompok.
Situasi pembelajaran aktif yang di SDN 61 Talang Babat, Provinsi Jambi. Siswa belajar secara berkelompok. /Pikiran-Rakyat.com/Amir Faisol

 
PIKIRAN RAKYAT - “Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu” demikian pesan Bapak Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara. 
 
Pesan Ki Hajar Dewantara ini semestinya menjadi garis haluan dalam membangun sistem pendidikan dalam negeri untuk menciptakan kualitas pendidikan. Kemerdekaan siswa dalam belajar menjadi hal yang harus mulai diperhatikan oleh para tenaga pendidik.
 
Pembelajaran yang bersifat konvensional dengan gaya pembelajaran bersifat Teacher-Centered Learning (TCL) perlahan harus ditinggalkan, sebab sejatinya siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menangkap dan memahami apa yang mereka terima. 
 
Lebih jauh, kondisi ini juga harus dipahami oleh para orang tua supaya anak dididik sesuai dengan kompetensinya masing-masing. 
 
 
Program PINTAR (Pengembangan Inovasi untuk Kualitas Pendidikan) yang dikembangkan organisasi filantropi Tanoto Foundation pelan-pelan telah merubah pola pikir guru dan dosen dalam mentransfer ilmu kepada anak didiknya. 
 
Melalui program PINTAR ini, Tanoto Foundation melatih guru dan dosen di delapan provinsi di Indonesia (Sumatera Utara, Jambi, Riau, Jawa Tengah, Kalimantan Timur, Jawa Barat, Yogyakarta, Jawa Timur) supaya melakukan transformasi proses pembelajaran dari yang semula Teacher-Centered Learning menjadi Student Centered Learning. 
 
Koordinator Tanoto Foundation Provinsi Jambi, Medi Yusva mengatakan melalui program PINTAR, guru dan dosen di sekolah dan universitas mitra telah dikenalkan kerangka pembelajaran baru, yakni kerangka MIKiR (Mengalami, Interaksi, Kommunikasi, Refleksi). 
 
Kerangka MIKiR merupakan metode pembelajaran aktif. Guru dibantu mempersiapkan pembelajaran yang lebih interaktif dan dilatih menyusun perencanaan pembelajaran supaya bisa mentransfer ilmunya dengan menyesuaikan karakteristik siswa dalam belajar.
 
Guru dilatih untuk mendiagnosa kognitif siswa sehingga pembelajaran bisa menjadi lebih tepat sasaran. Medi mengatakan selama ini guru mengalami kendala pada saat menyampaikan materi, karena tidak ada proses perencanaan yang baik. 
 
“Apakah guru menciptakan pembelajaran yang aktif, apakah guru melakukan refleksi dari pengajaran yang dilakukan, apakah guru menghargai siswa. Itu semua yang ingin kita dorong,” tuturnya, kepada Pikiran-Rakyat.com, Kamis 20 Oktober 2022.
 
Medi mengatakan saat sudah ada 24 sekolah yang menjadi mitra Tanoto Foundation dan sudah ada 160 fasilitator daerah yang dilatih dan dibina dalam program PINTAR supaya bisa menerapkan pembelajaran aktif melalui kerangka MIKiR. 
 
Pembelajaran Aktif Mendorong Siswa Lebih Kritis 
 
Muhammad Taufik, salah satu guru IPA di SMPN 12 Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi merupakan salah satu guru binaan Tanoto Foundation. 
 
Taufik mulai meninggalkan metode pembelajaran konvensional yang selama ini ia terapkan saat belajar dan mulai menerapkan metode pembelajaran aktif. 
 
Menurutnya, selama ini proses pembelajaran yang dia terapkan di kelas hanya mengandalkan sesuai apa yang dia senangi tanpa memerhatikan gaya belajar siswa.
 
Namun, setelah mendapatkan pelatihan dari Tanoto Foundation, Taufik sadar bahwa siswa memiliki ragam cara belajar yang berbeda, ada yang hobinya membaca, audio visual, dan kinestetik.
 
“Semua itu harus diakomodir. Itu memberikan pencerahan. Itu kita berikan hak mereka supaya mereka lebih rileks dan mencapai tujuan mereka dalam belajar,” katanya saat ditemui beberapa waktu lalu.
 
Taufik mengelompokkan siswa sesuai dengan kemampuannya dan memberikan pembelajaran sesuai kebutuhan masing-masing siswa.
 
Saat menyusun laporan pun siswa diberikan kemerdekaan yang lebih leluasa. Jika siswa lebih suka menyusun laporannya dengan metode literasi, mereka diperbolehkan membuat laporan secara tertulis.
 
Siswa juga bisa menyampaikan laporan secara lisan melalui presentasi di kelas jika mereka senang dengan metode tersebut.
 
Pun bagi mereka yang cenderung senang belajar secara audio visual, maka mereka boleh mempresentasikan laporannya melalui video.
 
Dedi Hendriyanto, Guru Bahasa Inggris SMPN 21 Batanghari, Provinsi Jambi juga menerapkan pendekatan yang lebih kreatif pada saat menyampaikan materi. Ia menggunakan platform TikTok saat menyampaikan materi listening.
 
Aplikasi ini dipilih karena menurut dia tanpa dipungkiri seiring dengan perkembangan teknologi, siswa sangat  terbiasa menggunakan TikTok.
 
Selain itu, upaya ini juga digunakan untuk mengarahkan siswa menggunakan ponselnya ke hal-hal yang lebih positif.
 
“Saya membuat konten kemudian diduetkan dengan anak didik saya misalnya saat mencontohkan kata ‘good morning’ dan lainnya,” ucapnya.
 
Tim Pikiran-Rakyat.com juga menangkap langsung proses pembelajaran aktif yang berlangsung di sekolah mitra Tanoto Foundation.
 
 
Salah satunya di kelas 4 Sekolah Dasar Negeri 61 Talang Babat, Kecamatan Muara Sabak Barat, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi. 
 
Pagi itu siswa tengah melakukan percobaan di kelas. Dua bata diletakkan oleh mereka di atas kardus yang dijadikan sebuah tungku, sementara di atasnya terdapat kaleng susu yang berisi kapur barus dan pasir, kemudian dipanaskan dengan dua buah lilin. Kaleng tersebut mereka tutup dengan wadah yang berisi es batu.
 
Proses yang tengah mereka lakukan itu adalah percobaan dari materi sublimasi. Afriansyah, salah satu siswa begitu semangat menjelaskan percobaan dan pengamatan yang tengah dilakukan bersama keempat temannya. 
 
Dia bersama teman-temannya mengaku senang dan lebih semangat saat belajar tentang karena bisa langsung melakukan percobaan dan pengamatan.
 
Pelajaran hari itu memang tampak begitu aktif, semua siswa menyampaikan apa yang tengah mereka amati. Setelah melakukan pengamatan mereka langsung menuliskan temuan mereka dari hasil percobaan tersebut di lembar kerja.
 
Dafni, salah satu guru kelas di SDN 61 Talang Babat menjelaskan proses pembelajaran seperti ini berlangsung setiap hari di semua mata pelajaran yang mereka terima. 
 
Siswa tidak hanya dibekali ilmu secara teoritis tapi diberikan pemahaman langsung dengan praktik-praktik yang lebih inovatif.
 
Menurut Dafni, melalui metode pembelajaran seperti ini materi lebih mudah dimengerti. Kondisi itu berbeda jika materi hanya dijelaskan secara teoritis di papan tulis dan dijelaskan secara lisan.
 
Handriansyah, salah satu orang tua siswa juga mengaku ada perubahan yang signifikan dengan metode pembelajaran yang dikenalkan Tanoto Foundation. 
 
"Sebagai orang tua senang ya melihat perubahan mendasar dari anak. Anak menjadi semangat untuk sekolah, sebelumnya setengah tujuh masih lihat jam, tapi sekarang punya tanggungjawab," ucapnya.
 
Pembelajaran aktif diikat secara kelembagaan
 
Medi mengatakan Tanoto Foundation membentuk Fasilitator Daerah (fasda) supaya mereka terus melanjutkan perubahan sistem pembelajaran. 
 
Saat ini ada 24 sekolah di Jambi yang menjadi mitra Tanoto Foundation. Kemudian terdapat 160 fasilitator daerah dari 10 guru SMP, 6 Kepala SMP, dan 6 Kepala SD.
 
“Kita ingin fasda ini terus melanjutkan perubahan ini.  Mereka-mereka ini yang kami harapkan bisa meneruskan pembelajaran aktif di daerahnya supaya perubahan ini terus berkelanjutan,” tuturnya. 
 
Tidak hanya itu, pihaknya juga mendorong pemerintah daerah untuk melakukan diseminasi menyebarluaskan program PINTAR dengan menggunakan dana APBD atau kombinasi penggunaan dana bos dari pemerintah pusat.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat