kievskiy.org

Kenapa Aset Kripto Sedot Banyak Listrik?

Ilustrasi kripto.
Ilustrasi kripto. /Freepik

PIKIRAN RAKYAT - Di tengah perkembangan teknologi yang kian digital, mata uang kripto muncul sebagai aset baru yang menjanjikan.

Namun di balik potensi keuntungannya yang menggiurkan, kripto terutama Bitcoin, dikenal sebagai aset digital yang boros energi.

Berbeda dengan mata uang fisik, kripto membutuhkan konsumsi listrik yang tinggi. 

Baca Juga: 10 Tips Main Kripto untuk Pemula, Penting untuk Hindari Penipuan dan Kerugian

Berdasarkan hasil penelitian dari Universitas Cambridge, aksi penambangan kripto Bitcoin membutuhkan konsumsi listrik hingga 121,36 terawatt-hour (TWh) setahun.

Konsumsi listrik itu pun setara dengan Argentina, yang menghabiskan energi 121 TWh per tahun, Arab Saudi 113,2 TWh, dan Norwegia, 112,2 TWh. Lantas mengapa demikian?

Mining yang Kompleks

Proses mining atau penambangan kripto cukup kompleks, karena memerlukan pemecahan algoritma matematika yang rumit.

Proses ini tak hanya membutuhkan perangkat keras yang canggih, tapi juga konsumsi listrik yang tinggi.

Sebab untuk menjalankan perangkat itu secara terus-menerus, dibutuhkan konsumsi listrik yang besar pula.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat