kievskiy.org

Covid-19 Masuki Gelombang Kedua, Ekonom UI Sebut Biaya Lockdown Lebih Hemat dari PPKM Mikro

Ilustrasi lockdown atau karantina wilayah. Lockdown di Indonesia untuk tekan lonjakan kasus corona atau Covid-19 jauh lebih irit daripada berlama-lama menerapkan PPKM Mikro.
Ilustrasi lockdown atau karantina wilayah. Lockdown di Indonesia untuk tekan lonjakan kasus corona atau Covid-19 jauh lebih irit daripada berlama-lama menerapkan PPKM Mikro. /Pixabay/jag2020

PIKIRAN RAKYAT - Ekonom dari Universitas Indonesia yang juga direktur eksekutif Next Policy Fithra Faisal Hastiadi mengungkapkan, kebijakan karantina wilayah (lockdown) justru lebih hemat biaya ketimbang PPKM Mikro.

Dia menuturkan, pembatasan sosial atau lockdown di area Jakarta saja, jika dilihat skenario, diperkirakan dalam 14 hari akan kehilangan Rp23 triliun, kehilangan nilai tambah perekonomian Rp17 Triliun, kehilangan pendapatan keluarga hilang Rp5 Triliun, pengangguran sekitar 76.000 orang.

Akan tetapi, menurutnya. itu baru ongkos langsung. Jangan lupa ada juga yang bisa dihemat, di antaranya ongkos infeksi, ongkos kehilangan produktivitas, dan ongkos rumah sakit.

"Sehingga jika kita hitung semuanya ongkos dan saving-nya kita masih bisa untung Rp1 Triliun sehari," kata Fithra Faisal Hastiadi dalam diskusi Proklamasi Democracy Forum yang disiarkan secara virtual belum lama ini.

Baca Juga: Solidaritas BEM UI Meluas, YLBHI: Presiden Berkata Sebaliknya...

Fithra optimis pertumbuhan positif kuartal II tahun 2021 masih dapat diraih, jika ada intervensi kebijakan yang tepat.

Dalam pandangannya, lockdown ini pilihan pahit jangka pendek, tetapi efektif untuk menyelamatkan perekonomian jangka menengah dan panjang.

"Kita masih bisa ada peluang untuk tumbuh positif asalkan ada intervensi kebijakan yang tepat yang memadai," kata dia.

Sebelumnya, Anggota Komisi XI DPR-RI Vera Febhyanty menambahkan, tim ekonomi pemerintah telah kehilangan inovasi.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat