PIKIRAN RAKYAT – Perubahan perayaan Tahun Baru Imlek juga dipengaruhi situasi politik.
Saat era pemerintahan Presiden Soeharto, Tahun Baru Imlek dirayakan secara tertutup.
Masyarakat Tionghoa merayakan Tahun Baru Imlek hanya di dalam rumah bersama keluarga. Soeharto membuat Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 yang isinya berupa larangan perayaan oleh masyarakat Tionghoa.
Baca Juga: 300.000 Guru Honorer Jawa Barat Akan Dihapus, Kegiatan Belajar Mengajar Dikhawatirkan Terganggu
Kondisi itu berubah saat masa Mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Gus Dur mencabut Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 dan membebaskan perayaan Tahun Baru Imlek di depan umum.
Hingga saat ini, perayaan Tahun Baru Imlek dilaksanakan meriah tanpa sembunyi-sembunyi.
Baca Juga: 36.000 SDM Honorer di Pemprov Jabar Akan Dihapus untuk Menjadi Pegawai Kontrak
Selain Tahun Baru Imlek, pelaksanaan tradisi-tradisi lain selama kalender Imlek juga mengalami perubahan seiring perubahan zaman.
Tengok saja perayaan Festival Kue Bulan atau Mid-Autumn Festival zaman sekarang.
Kue bulan berbagai varian rasa buah tropis, seperti rasa duarian dan nanas, bisa dicicipi.
Baca Juga: 5 Manfaat Tidak Terduga dari Gel Minyak Bumi yang Baik untuk Kecantikan