kievskiy.org

Warga Tionghoa pada Perayaan Imlek Zaman Presiden Soeharto, 'Ziarah Saja Diintimidasi, Malas'

AKTIVITAS pekerja  di Vihara Dharma Ramsi, Gang Ibu Aisah, Jalan Cibadak, Kota Bandung, Rabu, 21 Januari 2020. Menjelang pergantian tahun imlek pengurus Vihara melakukan berbagai persiapan guna memberikan kenyamanan jemaah saat beribadah.*
AKTIVITAS pekerja di Vihara Dharma Ramsi, Gang Ibu Aisah, Jalan Cibadak, Kota Bandung, Rabu, 21 Januari 2020. Menjelang pergantian tahun imlek pengurus Vihara melakukan berbagai persiapan guna memberikan kenyamanan jemaah saat beribadah.* /ARMIN ABDUL JABBAR/PR

PIKIRAN RAKYAT – Perubahan perayaan Tahun Baru Imlek juga dipengaruhi situasi politik.

Saat era pemerintahan Presiden Soeharto, Tahun Baru Imlek dirayakan secara tertutup.

Masyarakat Tionghoa merayakan Tahun Baru Imlek hanya di dalam rumah bersama keluarga. Soeharto membuat Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 yang isinya berupa larangan perayaan oleh masyarakat Tionghoa.

Baca Juga: 300.000 Guru Honorer Jawa Barat Akan Dihapus, Kegiatan Belajar Mengajar Dikhawatirkan Terganggu

Kondisi itu berubah saat masa Mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

Gus Dur mencabut Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 dan membebaskan perayaan Tahun Baru Imlek di depan umum.

Hingga saat ini, perayaan Tahun Baru Imlek dilaksanakan meriah tanpa sembunyi-sembunyi.

Baca Juga: 36.000 SDM Honorer di Pemprov Jabar Akan Dihapus untuk Menjadi Pegawai Kontrak

Selain Tahun Baru Imlek, pelaksanaan tradisi-tradisi lain selama kalender Imlek juga mengalami perubahan seiring perubahan zaman.

Tengok saja perayaan Festival Kue Bulan atau Mid-Autumn Festival zaman sekarang.

Kue bulan berbagai varian rasa buah tropis, seperti rasa duarian dan nanas, bisa dicicipi.

Baca Juga: 5 Manfaat Tidak Terduga dari Gel Minyak Bumi yang Baik untuk Kecantikan

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat