PIKIRAN RAKYAT – Sejarah Konferensi Asia Afrika dimulai sejak berakhirnya perang dunia dua. Ketegangan politik dan keamanan dunia yang masih tidak aman, Indonesia mengeluarkan kewenangan politik bebas aktif dan politik bertetangga baik.
Pada tahun 1953, perdana menteri Ali Sastroamidjojo menyampaikan di depan Dewan Perwakilan Rakyat Sementara bahwa keaktifan pemerintah untuk meredakan ketegangan dunia, harus ada kerja sama antara negara yang kedudukan dan keadaannya sama seperti Indonesia.
Ali Sastroamidjojo menyebut negara Asia-Afrika adalah negara yang paling berpengaruh akibat ketegangan dunia di masa itu. Untuk itu, suatu usaha harus dilakukan supaya negara Asia-Afrika bebas dari ketegangan dunia.
Awal tahun 1954, perwakilan pemimpin dunia dihadirkan untuk mengadakan pertemuan yang disebut Konferensi Kolombo yang dilaksanakan pada 28 April sampai 2 Mei 1954. Pertemuan tersebut berlangsung di gedung senat Kolombo.
Baca Juga: 7 Dampak Konferensi Asia Afrika, Mulai dari Dasasila Bandung hingga Paham Dunia Ketiga
Pertemuan yang dihadiri perwakilan negara Srilanka, Birma, India, Indonesia, dan Pakistan membicarakn tentang keamanan internasional dan stabilitas Asia. Dikutip Pikiran-Ralyat.com dari Anri.
Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo menyampaikan pertemuan harus diperluas bukan hanya Asia tetapi juga negara-negara Afrika. Atas usulan Ali pada Konferensi Kolombo, akan segera lahir Konferensi Asia Afrika (KAA).
Tujuan pembentukan Konferensi Asia Afrika adalah membahas kepentingan bersama bangsa Asia dan Afrika, mendorong perdamaian dunia, dan sebagai promosi Indonesia menjadi tempat konferensi.
Kemudian Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo menggelar pertemuan Konferensi Bogor tanggal 28 sampai 31 Desember 1954. Dari hasil pertemuan tersebut adalah mengadakan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada April 1955.