kievskiy.org

Dari Tiga Pasien Gangguan Ginjal Akut di RSHS, Ada yang Pulang, Meninggal, dan Masih Dirawat

Ilustrasi gangguan ginjal akut.
Ilustrasi gangguan ginjal akut. /Freepik/brgfx Freepik/brgfx

PIKIRAN RAKYAT - Rumah Sakit Umum Pusat dr Hasan Sadikin belum lagi menerima pasien anak penderita gangguan ginjal akut. Pekan lalu, RSHS menangani sisa tiga pasien anak gangguan ginjal akut.

Plt Direktur Utama RSHS dr Yana Akhmad mengatakan, dari tiga pasien yang dirawat satu di antaranya meninggal, satu anak pulang dan satu anak masih dalam perawatan.

"Hari ini belum ada kasus yang baru. Kami belum menerima pasien baru sejak tiga kasus minggu lalu," ujarnya ketika ditemui di RSHS, Kota Bandung, Rabu 26 Oktober 2022.

Dikatakan Yana, dari 12 pasien gangguan ginjal akut yang pernah dirawat di RSHS, delapan di antaranya meninggal dunia secara bertahap. Mereka di antaranya datang ke RSHS dalam kondisi yang sudah berat.

Baca Juga: Batal Dapat PMD, JakPro Diminta Cari Investor Bangun ITF Sunter

"Delapan anak meninggal dunia menjadi perhatian kasus ini ya karena gangguan ginjal akut. Kami sudah berusaha di awal," ucapnya.

Dikatakan Yana, tingkat kematian gangguan ginjal akut tingkat kematiannya tinggi lebih dari 50 persen.

"Insyaallah ada hasil penelitiannya dan penyebab. Kami kampanyekan hati hati dengan obat-obat sirup yang ada meski tak panik," tuturnya.

Pihaknya saat ini pun sedang fokus pada gangguan ginjal akut.

"Mudah-mudahan ini kan sudah ditangani betul oleh dinkes dan sudah ada pedoman-pedoman baik pedoman untuk penanganan tapi walau sudah ada titik terang penyebabnya dan lebih baik mencegah," katanya.

Prinsipnya sudah ada titik terang penyebabnya apa. Dan itu yang harus dicegah.

Baca Juga: Pada Hari Penembakkan Brigadir J, Satpam Komplek Dengar Suara Ledakan Petasan

"Sudah tahu mana sirup boleh dan enggak. Satu sisi meningkatkan penanganan. Kasus ini kan kasus umum tapi perlu penanganan khusus dan mesti disiapkan," ucapnya.

Dia menambahkan untuk ruang penanganan gangguan ginjal akut ruangnya juga umum tidak seperti Covid-19. Sementara untuk obat sudah mereka ajukan pada dinkes.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Kesehatan Jabar dr Nina Susana Dewi mengatakan, pihaknya terus memantau perkembangan kasus.

"Ternyata kemarin ada penelitian bahwa eg dan dg bukan satu satunya penyebab dan ada lainnya. Saya enggak bisa banyak bicara soal itu intinya surat edaran kemenkes sudah layangkan dan tidak semua sirup tak boleh. Jadi masyarakat intinya mengikuti saran dokter,"katanya.

"Kalau ada gejala itu langsung periksa ke dokter, nanti dokter lihat apakah jadi gejala atau tidak. Alhamdulillah ada sirup yang bisa dibeli. Sambil nunggu informasi lanjutan," ucapnya melanjutkan.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat