kievskiy.org

Efek Ludo, Alasan Setopan Soekarno-Hatta dan Kiaracondong Bandung Dianggap Lampu Merah Terlama di Indonesia

Sejumlah pengendara sepeda motor melintas Simpang Soekarno Hatta-Kiaracondong, Kota Bandung, Jawa Barat.
Sejumlah pengendara sepeda motor melintas Simpang Soekarno Hatta-Kiaracondong, Kota Bandung, Jawa Barat. /ANTARA/Bagus Ahmad Rizaldi

PIKIRAN RAKYAT - Kisah setopan atau lampu merah Soekarno-Hatta dan Kiaracondong, Bandung memang sudah menjadi cerita lama. Meski begitu, kisahnya selalu lucu untuk didengar. Berbagai sindiran pun banyak bermunculan terkait lampu merah itu.

Ada yang bilang setopan tersebut telah merenggut masa muda para penggunanya. Bahkan saking lamanya, ada juga yang mengatakan bahwa penyusunan skripsi bisa selasai saat menunggu lampu hijau di sana. Meski kadang hiperbola, tetapi memang persimpangan jalan itu cukup mengesalkan.

Lamanya lampu merah berubah jadi hijau di setopan itu ternyata sudah terjadi bertahun-tahun bahkan ketika kendaraan bermotor tidak sebanyak sekarang. Hanya, yang membedakan adalah ekor kemacetannya.

Efek ludo, mari menghitung durasi lampu merah

Layaknya bermain ludo, jika dianalisis, untuk mendapat jatah lampu hijau, pengemudi harus menunggu 3 putaran.

Pertama mereka harus memberi giliran lampu hijau kepada pengguna jalan di sebelah kiri perempatan. Kedua, dari sebelah kanan. Ketiga dari depan.

Matematikanya, seumpama setiap giliran lampu hijau berdurasi 100 detik, butuh waktu 300 detik (5 menit) bagi pengemudi untuk mendapat sekali lampu hijau yang hanya 100 detik.

Sayangnya, antrean kendaraan yang panjang tidak terurai dalam waktu 100 detik. Hal itulah yang menyebabkan setopan ini terasa begitu menyiksa.

Warga yang tinggal di wilayah Bandung timur seperti komplek Margahayu Raya atau Riung Bandung pasti akrab dengan perempatan jalan itu. Sejak jalan itu masih memiliki dua ruas, memang selalu jadi medan yang sulit bagi warga untuk sampai ke tujuan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat