kievskiy.org

Perayaan Imlek di Bandung Tempo Dulu: Cina nu Bageur mah, nu Ngamen teh Sok Ngahaja Ditanggap

Ilustrasi Imlek 2023, Tahun Kelinci Air.
Ilustrasi Imlek 2023, Tahun Kelinci Air. /Pikiran Rakyat/Fian Afandi Pikiran Rakyat/Fian Afandi

PIKIRAN RAKYAT - Perayaan Imlek atau tahun baru Tionghoa di Bandung di masa lalu terbilang meriah. Masyarakat lokal juga menikmati dan ketiban rezeki dalam perayaan itu.

Sastrawan, wartawan senior Us Tiarsa R mengenang dan mencatat kemeriahan Imlek di Bandung pada 1950-an dalam bukunya, Basa Bandung Halimunan: Bandung Taun 1950-1960-an.

"Raramena pisan mah ti mimiti tanggal hiji Imlek tepi ka capgomeh (Yang paling ramai dari tanggal 1 Imlek hingga 15 hari setelah tahun barunya)," tulis Us dalam salah satu tulisannya dalam buku itu. Ia menambahkan, beberapa ciri khas perayaan Imlek di Bandung lawas adalah kehadiran dodol Cina dan berbagai buah seperti rambutan, lengkeng, dukuh.

"Meh di saban imah Cina aya, sok aya poe dodol dina sasag. Aya nu dibungkus ku daun, rea oge nu ku plastik atawa keretas endog (Di setiap rumah warga Tionghoa, suka ada dodol yang dijemur. Ada yang dibungkus daun, banyak juga yang memakai plastik atau kertas telur)." 

Baca Juga: Baru Pulang ke Rumah, Indy Barends Sebut Indra Bekti Ingin Kembali Bekerja

Warga yang memiliki pohon hanjuang dan bambu juga mendapat uang dari hasil penjualan untuk pembungkus bacang. Warga yang mengamen barongsay, celempung, tanjidor, angklung, doger monyet, kuda lumping juga kebagian rezeki. 

"Cina nu bageur mah, nu ngamen teh sok ngahaja ditanggap di buruan imah. Sina dilalajoan ku nu ngaliwat (Warga Tionghoa yang baik suka sengaja menanggap di halaman rumahnya. Agar ditonton orang yang melintas)," kata Us. 

Selain diberi uang yang cukup besar, para pengamen juga mendapatkan makanan. Us menuturkan, acara paling ramai dalam perayaan Imlek adalah gotong tepekong atau arak-arakan arca toapekong  di jalan raya barat ke Alun-alun kembali ke perempatan Hasaram menuju kantor gupernuran (Gedung Pakuan). Dari sana, arak-arakan menuju Cicendo, Pajajaran, Pasirkaliki dan bubar di Liethan atau Kelenteng Waringin.

Baca Juga: Momen Jokowi Tuntaskan Keluhan Utang Seorang Ibu di Manado, Tangis Meratap, Identitas Sigap Dicatat

Pawai tersebut diikuti anak-anak muda yang membawa tombak, pedang bersama pertunjukan sejumlah barongsai dan liong (naga). Warga yang menonton berjubel di sisi jalan. Anak-anak bahkan ikut nuturkeun atau mengikuti pawai atraksi naga hingga bubaran di kelentang meskipun pakaian mereka basah kuyup kehujanan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat